Bisnis Tertekan, Multifinance Revisi Target

Bisnis.com,25 Jun 2019, 09:45 WIB
Penulis: Nindya Aldila
Ilustrasi leasing kendaraan bermotor/www.raceworld.tv

Bisnis.com, JAKARTA - Pembiayaan kendaraan roda empat yang tengah tertekan disinyalir bakal sulit memompa pertumbuhan aset industri pembiayaan Tanah Air. Bahkan, jika pasar belum juga membaik, target pertumbuhan 7% bisa jadi tidak tercapai.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan pasar pembiayaan roda empat tidak tumbuh. Hal itu dipicu dari penjualan mobil pada awal tahun menunjukkan penurunan hingga 15%. Padahal pembiayaan otomotif merupakan bisnis utama dari multifinance.  

“Itu tantangan. Ini karena market-nya tidak tumbuh. Semoga di Juni ini bisa mengejar. Kalau masih di level 4% -- 5% mungkin targetnya harus kita turunkan di level 5% -- 6%,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (20/6/2019).

Berdasarkan data OJK per April 2019, aset industri multifinance tercatat mencapai Rp506,27 triliun, tumbuh 4,38% (year on year) dibandingkan periode yang sama pada 2018 yakni senilai Rp485,04 triliun. Angka tersebut masih jauh dari target APPI sebesar 7% pada akhir tahun ini.

Seperti diketahui, komposisi aset industri multifinance didominasi oleh piutang pembiayaan yang mencapai Rp440,93 triliun atau sekitar 87% dari total aset. Sama halnya dengan aset, pertumbuhan piutang pada periode yang sama hanya tumbuh 4,51% dibandingkan April 2018. Sebagai kontributor terbesar, piutang pembiayaan roda empat baik bekas dan baru mencapai Rp191,33 triliun, hanya tumbuh 2,57% secara tahunan.

"Biasanya selisih aset dan pembiayaan hanya 1%. Kami tetap ingin aset tumbih 7%, jadi kami berharap pembiayaan tumbuh sampai 6% di akhir tahun. Kami belum bisa memprediksi sampai akhir tahun akan seperti apa, tetapi pembiayaan pada Mei naik dibanding April," tuturnya.  

Menurutnya, kenaikan daya beli masyarakat menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan bisnis multifinance. Selain itu, dia juga berharap isu politik seperti sidang di Mahkamah Konstitusi segera membuahkan hasil agar dapat menjawab sikap wait and see konsumen.   

Kepala Eksekutif Industri Keuangan Non-Bank (OJK) Riswinandi mengakui Pemilu 2019 memang berpengaruh terhadap kinerja industri multifinance.

Namun, dengan diketoknya POJK No.35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, telah dibuka kesempatan bagi perusahaan untuk memberikan fasilitas pembiayaan seperti uang muka hingga 0% dan penyaluran dana tunai. Untuk itu, diharapkan pemain pembiayaan dapat.

“Dari cerita beberapa pemain, sesudah Mei sih sudah mulai naik. Mudah-mudahan nanti tercapai target penyaluran kendaraan roda empat dan roda dua,” ujarnya.

Kendati demikian, beberapa perusahaan masih membukukan pertumbuhan aset di atas industri. Hendry Christian Wong, Direktur PT Astra Sedaya Finance (Astra Credit Companies/ACC) mengatakan aset perusahaan tumbuh mencapai 6% (yoy) per Mei 2019 yakni senilai Rp35 triliun.

Dia optimistis hingga akhir tahun bisa tumbuh sekitar 7% -- 8% mencapai Rp36 triliun. “Sebenarnya targetnya tumbuh 6%, tapi mungkin bisa sampai 7% kalau dibandingkan dengan tahun lalu,” ujarnya.

Khusus pada Mei 2019, pembiayaan ACC mencapai Rp2,2 triliun. Adapun pada momentum Ramadhan dan Lebaran 2019 pembiayaan ACC naik 10% (yoy), terutama untuk pembiayaan roda empat.

Sementara itu, Corporate Secretary PT Mandala Multifinance Tbk., (Mandala Finance) Mahrus mengungkapkan bahwa aset perseroan tumbuh sebesar 3,94% pada kuartal I/2019 dibandingkan 31 Desember 2018 menjadi senilai Rp3,76 triliun. Adapun kenaikan aset secara tahunan mencapai 14,98% jika dibandingkan aset kuartal I/2018.

“Komposisi aset kami memang sebagian besar dari piutang pembiayaan konsumen. Jadi kalau sebagian besar mestinya sehat. Katakanlah jika kenaikannya flat, dikalikan empat, masih bisa tumbuh 16%,” ungkapnya.

Mandala Finance mencatatkan pembiayaan sepanjang kuartal I/2019 mencapai Rp1,04 triliun, tumbuh 9% secara tahunan. Sebesar 98% pembiayaan Mandala Finance ditopang dari pembiayaan kendaraan roda dua.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggi Oktarinda
Terkini