LAPORAN DARI KORSEL: Pabrik Hyundai Beroperasi 2021, Orientasi untuk Pasar Ekspor

Bisnis.com,26 Jun 2019, 07:55 WIB
Penulis: M. Taufikul Basari
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mencoba mobil produksi Hyundai di Seoul, Selasa (25/6/2019)./Istimewa

Bisnis.com, SEOUL - Hyundai Motor Company bakal berinvestasi di bidang manufaktur otomotif di Indonesia dengan target produksi pada 2021. Rencananya pabrik mobil itu akan berkapasitas 70.000 hingga 250.000 unit per tahun.

Rencana itu ditegaskan Hyundai dalam pertemuan dengan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Seoul, Selasa (25/6/2019). Jajaran Hyundai dipimpin oleh Executive Vice President HMC Park Hong Jae.

Selain rencana investasi Hyundai, pertemuan tersebut juga membahas permintaan fasilitas dan insentif untuk mendukung investasi yang belum disebutkan angkanya tersebut. "Hyundai telah menegaskan komitmen mereka untuk segera memulai investasi di Indonesia," kata Airlangga.

Menperin sempat ikut berkendara dengan mobil berbahan bakar hydrogen produksi Hyundai yang disebut Hyundai Nexo.

Tipe kendaraan Hyundai yang akan diproduksi di Indonesia adalah SUV, MPV, hatchback, dan sedan. Taergetnya, 47 persen produksi untuk pasar domestik dan 53 persen untuk ekspor.

Menurut rencana, pabrik yang lokasinya masih belum dikonfirmasi tersebut akan mampu menyerap sekitar 3.500 tenaga kerja.

Untuk memperlancar investasi ya itu, Hyundai berharap adanya fasilitas dan insentif yang berupa tax holiday serta pembebasan bea masuk mesin serta barang dan bahan.

Adapun kebijakan Pemerintah Indonesia yang mendukung antara lain pemberian tax holiday selama 15 tahun dengan syarat investasi Hyundai berkisar Rp15 triliun-Rp30 triliun.

Kemudahan lain adalah pembebasan bea masuk untuk bahan baku baru dan/bekas sesuai dengan Permenperin No. 31/2017 tentang Daftar Mesin, Barang dan Bahan Produksi Dalam Negeri untuk Pembangunan atau Pengembangan dalam rangka Penanaman Modal bisa diberikan 2 tahun untuk mesin dan 2-4 tahun untuk barang dan bahan.

Selain itu, ada pembebasan bea masuk CKD yang diimpor dari Korea, India, dan China sebesar 0 persen berdasarkan skema tarif preferensi,apabila skema CKD diberikan 0 persen, maka pendalaman dengan skema IKD serta lainnya akan kehilangan daya tarik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini