Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Victoria International Tbk. kembali melakukan penghimpunan dana dari pasar modal lewat emisi surat utang obligasi dan obligasi subordinasi untuk memperkuat likuiditas dan permodalan.
Dalam informasi tambahan dan/atau perbaikan prospektus ringkas yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia, Selasa (25/6/2019), Bank Victoria menyatakan total target dana yang diharapkan dalam penawaran umum berkelanjutan (PUB) kali ini sebesar Rp400 miliar.
Perinciannya, dari PUB obligasi berkelanjutan II Bank Victoria dengan target dana yang dihimpun Rp200 miliar, perseroan menawarkan Obligasi Berkelanjutan II Bank Victoria Tahap I tahun 2019 dengan jumlah pokok Rp100 miliar.
Kemudian, dari obligasi subordinasi berkelanjutan II dengan target dana Rp800 miliar, perseroan akan menerbitkan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Victoria Tahap I tahun 2019 dengan jumlah pokok maksimal Rp300 miliar.
Obligasi bertenor dua tahun tersebut ditawarkan dengan tingkat kupon 9,75% per tahun, sedangkan obligasi subordinasi bertenor tujuh tahun memiliki tingkat bunga tetap sebesar 11,75%.
Tanggal efektif obligasi tersebut yakni 24 Juni 2019 dan masa penawaran umum dimulai sejak 25 Juni 2019. Distribusi secara elektronik akan dilakukan pada 28 Juni 2019 dan ditargetkan tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 1 Juli 2019.
PT Victoria Sekuritas Indonesia yang berafiliasi dengan Bank Victoria, bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi dan obligasi subordinasi kali ini.
Penerbitan obligasi tersebut merupakan upaya penghimpunan dana kali dari pasar modal yang kedua kali dilakukan perseroan setelah emisi sertifikat deposito (negotiable certificate of deposit/NCD) Rp200 miliar pada Februari lalu.
Direktur Utama Bank Victoria Ahmad Fajar menyatakan bahwa penambahan dana nonkonvensional tersebut merupakan upaya perseroan untuk menunjang rencana opersasional bank dan target pertumbuhan bisnis serta memperbaiki struktur liabilitas dengan dana jangka panjang.
“Penggunaannya untuk ekspansi kredit dan memperkuat permodalan,” kata Ahmd Fajar, beberapa waktu lalu.
Emiten bersandi BVIC ini juga merencanakan penambahan modal melalui private placement atau tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) senilai Rp100 miliar.
Adapun, sumber dananya berasal dari grup internal pemegang saham, terutama Holding Victoria, serta pemegang saham yang tidak melalui pasar modal dengan kepemilikan lebih dari 5%.
Berdasarkan laporan publikas Maret 2019, pemegang saham pengendali (PSP) Bank Victoria adalah Suzanna Tanojo. Dia menjadi PSP melalui PT Victoria Investama Tbk. yang memiliki 46,38% saham, PT Nata Patindo 2,73% saham, dan dia sendiri 17,74% saham. DEG-Deutsche Investitions-und Entwicklungsgesellschaft mbH memiliki 9,00% saham.
Kemudian masayarakat melalui pasar modal dengan kepemilikan kurang dari 5% berjumlah 24,15%. Sementara itu, BVIC tengah mengalami tren perlambatan pertumbuhan laba. Menutup tahun 2018, perseroan membukukan laba sebesar Rp79,01 miliar, turun 39,79% secara year on year (YoY) dibandingkan akhir 2017.
Dalam RUPST yang dilakukan bulan lalu, pemegang saham menyepakati untuk tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2018. Sebanyak 14,17% dari laba bersih atau Rp11,2 miliar digunakan untuk pembentukan cadangan dana umum dan sisanya sebesar Rp67,89 miliar dibukukan sebagai laba ditahan.
Pada awal tahun ini laba BVIC kembali merosot. Pada kuartal I/2019, laba bank anjlok 60,7% yoy menjadi Rp22,47 miliar. Sebelumnya Ahmad sempat mengatakan bahwa laba bersih tertekan karena banyak menyalurkan pembiayaan kepada sektor multifinance.
Tahun ini perusahaan akan melakukan konsolidasi untuk melakukan perbaikan kualitas aset. Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perusahaan merangkak naik.
Pada tiga bulan pertama 2018 rasio NPL BVIC 2,70%. BVIC menutup 2018 dengan rasio NPL sebesar 3,48%. Pada kuartal pertama 2019, rasio NPL kembali naik menjadi 3,91%.
Hingga akhir Maret 2019, BVIC tercatat memiliki modal inti (tier 1) sebesar Rp2,66 triliun secara konsolidasi atau sebesar Rp2,38 triliun secara individu bank. Jumlah tersebut menurun dibandingkan dengan Maret 2018 yakni sebesar Rp2,68 triliun (konsolidasi) dan Rp2,4 triliun (bank only).
Adapun, rasio kecukupan permodalan (capital adequacy ratio) BVIC tercatat sebesar 16,29% per akhir Maret 2019, turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 17,10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel