Untung-Rugi Partai Gerindra bila Bergabung ke Kabinet Jokowi

Bisnis.com,27 Jun 2019, 08:15 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menghadiri aksi peringatan Hari Buruh Internasional (May Day) di Tenis Indoor Senayan, Jakarta, Rabu (1/5/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA — Wacana bergabungnya Partai Gerindra ke kabinet pemerintahan santer terdengar dari beberapa politisi TKN Jokowi-Ma'ruf, bahkan dari Joko Widodo sendiri walaupun secara tersirat.

Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menyebut bahwa kemungkinan Gerindra masuk kabinet yang isunya bertajuk 'kabinet rekonsiliasi' ini memang ada, tapi perlu pertimbangan.

"Yang pertama, dia Pak Prabowo mempertimbangkan suasana kebatinan atau perasaan pendukungnya atau pemilihnya di pilpres cukup besar ya, 44,5 persen hampir 70 juta itu. Itu mungkin kalau dipertimbangkan, maka pilihannya Gerindra berada di luar pemerintah," ungkapnya, Rabu (26/6/2019).

Selain itu, menurut Karyono, Gerindra pun masih memiliki peluang menjadi partai pemenang pilpres atau pileg walaupun kini berada di sisi oposisi Syaratnya, konsisten menerapkan kritik konstruktif dan menerapkan politik inklusif, serta kelapangan hati dari Prabowo sendiri sebagai ketua umum.

"Apabila pertimbangannya Pemilu 2024 Prabowo ingin maju lagi, bisa jadi Gerindra memilih diluar pemerintah," jelasnya.

"Tapi, misalnya pak Prabowo punya pertimbangan lain dan tidak maju lagi di [Pilpres] 2024, tidak punya kepentingan lain. Ingin memajukan kepentingan bangsa saja, maka Gerindra bisa saja memilih gabung dengan pemerintah Jokowi di periode kedua," tambahnya.

Karyono berharap suasana politik bisa segera cair apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan paslon Jokowi-Ma'ruf tetap menang dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum.

Alasannya, Jokowi sudah memasuki periode kedua dan tidak mungkin mencalonkan diri lagi, sehingga justru manuver dari partai-partai lain patut ditunggu untuk menyongsong Pilpres 2024, salah satunya pilihan Gerindra apakah memilih bertahan sebagai oposisi atau masuk ke kabinet Jokowi.

"Karena Jokowi di periode kedua ini mungkin ingin mewujudkan apa yang dia janjikan, dia proyeksikan pembangunan ke depan, maka dia lebih memilih untuk merangkul kekuatan politik termasuk lawan-lawan politiknya dan itu sudah terjadi 2009 era Susilo Bambang Yudhoyono, Golkar berhadapan di pilpres. Tapi pas SBY terpilih, Golkar merapat," tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini