Kredit Bermasalah di BCA Rendah, Ini Strateginya

Bisnis.com,28 Jun 2019, 18:50 WIB
Penulis: Ropesta Sitorus
Nasabah melakukan transaksi perbankan di myBCA di Bandung, Jawa Barat, Kamis (14/3/2019)./Bisnis-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Bank swasta terbesar di indonesia, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatat tingkat kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) selama April 2019.

“Perkembangan NPL masih stabil sejauh ini. Per April 2019 berkisar 1,4 persen - 1,5 persen secara total,” kata Corporate Secretary Bank BCA Jan Hendra kepada Bisnis, Kamis (27/6/2019).

Dia menuturkan, untuk menjaga NPL tetap rendah, salah satu strategi yang dilakukan bank swasta terbesar di Indonesia itu yakni dengan seleksi di awal pemberian kredit serta diikuti dengan proses monitoring yang terukur.

“Penyaluran kredit juga terdistribusi merata, tidak ada konsentrasi. Dalam menjaga kualitas kredit, dimulai dari proses awal, monitoring yang terus-menerus,” ujarnya.

Sebelumnya, menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan, NPL industri perbankan mengalami kenaikan pada bulan kelima 2019.

Berdasarkan data OJK, per Mei 2019, rasio NPL gross perbankan tercatat meningkat tipis ke level 2,61 persen dari sebelumnya sebesar 2,57 persen pada bulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, rasio NPL net perbankan juga naik menjadi 1,18 persen dari sebelumnya sebesar 1,15 persen.

Menurut Juru Bicara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sekar Putih Djarot, kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan rasio kredit bermasalah di sektor perdagangan dan industri jasa pengolahan.

“Pada bulan Mei 2019, rasio NPL sedikit meningkat menjadi 2,61 persen. Secara sektoral kontributor berasal sektor perdagangan dan industri pengolahan yang masing-masing NPL-nya mengalami peningkatan,” kata Sekar kepada Bisnis, Kamis (27/6/2019).

Akan tetapi, lanjut Sekar, tren kenaikan tersebut masih dalam level yang terjaga dan jauh di bawah ambang batas aman. Kenaikan tipis pada rasio NPL sejalan dengan pertumbuhan kredit pada dua sektor tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini