Kejar Produksi Boeing dan Airbus, Pemasok Komponen Pacu Upaya Merger

Bisnis.com,03 Jul 2019, 08:02 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Beoing 737 Max 9/AirlineReporter

Bisnis.com, JAKARTA – Rekor produksi pesawat Airbus SE dan Boeing Co. memacu kebutuhan merger antara pemasok komponen pesawaat kaena perusahaan mencari pertumbuhan untuk mengimbangi permintaan,

 “Pasar untuk kesepakatan merger yang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar US$120 miliar tahun lalu sangat kuat," kata Michael Richter, kepala bidang dirgantara dan pertahanan Lazard Ltd, seperti dikutip Bloomberg.

Sebagai indikasi tingkat minat yang tinggi, dia mengatakan dia bertemu lebih dari 40 calon pembeli dan penjual di Paris Air Show bulan lalu.

Dengan meningkatnya pesanan pesawat Boeing dan Airbus, pemasok komponen berada di bawah tekanan untuk mempercepat produksi mulai dari komponen dasar hingga rakitan canggih seperti badan pesawat dan bagian sayap.

Penyedia komponen untuk dari rantai pasokan yang lebih rendah paling mendapat tekanan, kata Richter, memaksa mereka untuk mempertimbangkan merger dan akuisisi untuk memenuhi permintaan.

"Perusahaan yang kurang mampu mengalami kesulitan beroperasi pada tingkat yang jauh lebih tinggi dan saya melihat merger dan akuisisi sebagai cara untuk menjadi lebih kuat," katanya.

Richter mengatakan, melihat lebih jauh pada kesepakatan penting seperti merger United Technologies Corp-Raytheon Co. yang diumumkan bulan lalu, tahun 2019 terlihat baik dalam hal jumlah transaksi dan nilai kesepakatan.

AS tetap menjadi fokus untuk transaksi sebagai pemain dominan dalam penerbangan global. Namun permintaan lintas-perbatasan tetap kuat karena perusahaan menargetkan pasar baru.

Pemasok komponen dari Asia dan Eropa mencari kesepakatan dengan AS untuk mendapatkan akses ke Boeing, sementara perusahaan pemasok di AS bertujuan untuk memperluas ke pasar luar negeri untuk meningkatkan hubungan dengan Airbus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini