Ubah Sampah Jadi Energi, Inaplas : Sebaiknya Dibarengi Evaluasi

Bisnis.com,04 Jul 2019, 19:50 WIB
Penulis: Andi M. Arief
Bendahara TOSS Werdhi Guna Nengah Mariani di antara keranjang-keranjang bambu berisi sampah yang sedang melalui proses peyeumisasi di TOSS Werdhi Guna, Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Annisa Margrit

Bisnis.com, MALANG – PT Pembangkit Listrik Negara (Persero) (PLN) menargetkan penggunaan pelet untuk campuran batu bara di PLTU Jeranjang, Lombok, mencapai sebanyak 5% dari kebutuhan total batu bara. Apa tanggapan industri?

Direktur Pengembangan Bisnis Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Budi Susanto Sadiman menilai bahwa pengelolaan sampah menjadi energi dapat dijalankan dan nantinya dibandingkan dengan beberapa inisiasi yang telah dilakukan oleh asosiasi maupun instansi lainnya.

"Asosiasi memandang pembakaran sampah yang sudah berbentuk besar akan dapat mengurangi volume sampah yang selama ini hanya ditimbun," ujarnya, Kamis (4/7/2019).

Dia menyampaikan, pengubahan sampah menjadi energi itu sebaiknya juga dibarengi dengan evaluasi terkait efektivitas dan efisiensi dalam membantu pengelolaan sampah. Alhasil, pemangku kepentingan dapat menentukan penggunaan metode yang cocok untuk pengelolaan sampah di dalam negeri.

Budi memaparkan asosiasi juga tengah melakukan proyek uji coba pengelolaan sampah Masyarakat Zero Waste (Masaro). Budi menjelaskan bahwa proyek tersebut dalam masa piloting di sebuah perumahan dengan 1.000 kepala keluarga di Cilegon.

Menurutnya, tempat pengolahan sampah dengan konsep Masaro akan terintegrasi dengan high productivity plantation (HPP) agar dapat swadaya.

Dalam program ini, tempat pengolahan sampah akan memberikan insentif kepada para kepala keluarga yang memilah sampahnya sebelum diberikan ke tempat pengolahan sampah.

Adapun, sampah organik di pengolahan akan dibentuk menjadi pupuk kompos untuk kebutuhan HPP dijual secara ritel. Budi berujar saat ini tanaman yang dipilih dalam proyek pilot adalah cabai. “[Penggunaan kompos daur ulang] untuk cabai meningkatkan produktivitas 10 kali lipat. Mungkin [hasil tersebut] valid untuk produk-produk lain,” paparnya.

Budi menambahkan selain diubah menjadi energi dan pupuk, solusi lain yang sedang digodok datang dari Kementerian Perindustrian. Budi mengutarakan Kemenperin sedang mengembangkan teknologi yang dapat mengubah uap air yang nantinya digunakan untuk keperluan sektor manufaktur.

Seperti diberitakan Bisnis, Pelaksana Tugas Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN Dwi Suryo Abdullah mengatakan, perseroan menargetkan penggunaan pelet untuk campuran batu bara di PLTU Jeranjang mencapai 5%. Penggunaan pelet lebih murah dibandingkan batu bara. Sebagai gambaran, harga batu bara mencapai Rp700 per kg, sedangkan harga pelet hanya Rp300 per kg.

Pelet tersebut merupakan hasil pengolahan sampah di Klungkung, Bali. Kegiatan ini merupakan program unggulan Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indonesia Power yakni Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) yang memberdayakan masyarakat sekitar dengan mengolah sampah menjadi pellet untuk bahan bakar kompor memasak.

Pemanfaatan pelet kemudian juga digunakan sebagai campuran batubara low rank untuk energi primer pembangkit listrik. "Saat ini masih dalam tahapan uji coba."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini