Investasi Industri Plastik Seret Terganjal Aturan

Bisnis.com,09 Jul 2019, 16:34 WIB
Penulis: Annisa Sulistyo Rini
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri plastik menyatakan masih ada sejumlah aturan yang berpotensi menghambat masuknya investasi di sektor ini.

Fajar Budiyono, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) mengatakan salah satu contohnya ialah rencana pengenaan cukai plastik dan pelarangan penggunaan plastik. Apalagi, antar kementerian juga belum sepenuhnya satu suara mengenai rencana pengenaan cukai.

"Kalau ini sudah disinkronkan, proyeksi dalam 5 tahun dapat mengurangi substitusi impor sebesar 50% bisa saja tercapai," kata Fajar, Selasa (9/7/2019).

Dia mengatakan upaya menarik lebih banyak investasi di industri plastik diperlukan demi memangkas impor.

Sementara itu, Achmad Sigit Dwiwahjono, Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Farmasi (IKTF) Kementerian Perindustrian, mengatakan saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang berkomitmen untuk  berinvestasi dalam produksi ethylene cracker, yang merupakan bahan baku yang dibutuhkan untuk sektor industri plastik.

Dengan adanya tambahan investasi tersebut, diharapkan dalam lima tahun mendatang dapat tercapai substitusi bahan baku untuk plastik hingga 50%. 

“Kami harapkan pula para pelaku industri mampu berkontribusi lebih banyak dalam penguatan  industri plastik di dalam negeri,” ujarnya.

Jumlah industri plastik di Indonesia mencapai 925 perusahaan dengan kemampuan memproduksi berbagai macam produk plastik dan menyerap 37.327 tenaga kerja. Total produksi sektor ini pada 2018 mencapai 7,23 juta ton.

Produsen bahan baku plastik nasional, Chandra Asri tengah memperluas kapasitas produksi polipropilena dan polietilena dari masing-masing sebesar 480.000 ton dan 450.000 ton per tahun menjadi 580.000 ton dan 800.000 ton per tahun sebelum 2020. Kapasitas nafta cracker juga ditingkatkan 2 kali lipat dari 2,5 juta ton menjadi 5 juta ton per tahun setelah 2021.

Adapun, Lotte Chemical juga sedang membangun pabrik petrokimia terintegrasi yang memiliki total kapasitas produksi naphta cracker sebesar 2 juta ton per tahun.

Bahan baku itu selanjutnya diolah untuk menghasilkan 1 juta ton etilen, 520.000 ton propilen, 400.000 ton polipropilen dan produk turunan lainnya yang juga bernilai tambah tinggi. Pabrik ini diproyeksikan mulai beroperasi pada 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Galih Kurniawan
Terkini