Bos Inalum : Percepatan Penghiliran Mineral Mendesak

Bisnis.com,09 Jul 2019, 09:22 WIB
Penulis: David Eka Issetiabudi
Menteri BUMN Rini M. Soemarno didampingi Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi G. Sadikin dan Direktur Utama PT Antam Tbk Arie Ariotedjo mengunjungi pabrik Zhejiang Huayou Cobalt Company Ltd. dalam kunjungannya ke China (17/5/2018). Kunjungan Menteri Rini ini dalam rangka menjajaki kerja sama untuk mempercepat penghiliran industri pertambangan di Indonesia. /KEMENBUMN

Bisnis.com, JAKARTA—Percepatan penghiliran sektor mineral kian mendesak agar bisa mendukung peningkatan nilai ekonomi dan mengurangi impor nasional secara optimal. 

Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama PT Inalum (Persero) mengatakan mandat mendirikan induk usaha pertambangan salah satunya mengelola cadangan mineral indonesia, termasuk tanah jarang. Menurutnya, meski jumlahnya kecil, tetapi tanah jarang patut diperhitungkan karena memiliki peran strategis.

Menurutnya, dengan berhasilnya upaya penghiliran, setidaknya memberikan dua manfaat, yakni membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memangkas defisit neraca perdagangan.

"Berkaca dari Amerika Serikat, kalau ekspor seluruh produk tambang mentah kontribusi [hanya] 0,6 persen dari GDP-nya mereka. Kalau penghiliran nilai tambah tujuh kali [lebih besar]," katanya, Senin (8/7/2019).

Dia mencontohkan dengan harga jual ekspor bijih nikel nilainya hanya sekitar US$35 per ton. Ketika sudah diproses menjadi feronikel, nilainya melambung jadi US$12.680 per ton.

Dengan asumsi nilai tambah seperti itu, tuturnya, dampak ekonomi dalam negeri akan semakin terasa dengan adanya penghiliran mineral.

"Untuk nikel di Antam, sudah diproses jadi ferronikel. Sementara dari feronikel ke stainless steel sekarang [masih] proses. Untuk timah sekarang sudah timah jadi tin ingot," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Lucky Leonard
Terkini