Selain Insentif, Ini Hal Lain Yang Perlu untuk Tingkatkan Permintaan KPR

Bisnis.com,09 Jul 2019, 14:53 WIB
Penulis: Muhammad Khadafi
Perumahan sederhana di Kelurahan Tegal Gede, Kecamatan Sumbersari, Jember, Jawa Timur, yang pemilikannya dibiayai KPR BTN./Antara-Seno

Bisnis.com, JAKARTA—Insentif saja dinilai tidak cukup untuk memacu pertumbuhan industri properti dan mendorong permintaan kredit pemilikan rumah atau KPR perbankan.

Senior Vice President Mortgage & Secured Loan Head PT Bank UOB Indonesia Fredy Soekendro mengatakan insentif pemerintah dari berbagai segi sudah baik dan perlu dijaga.

Namun, hal itu bukan faktor utama untuk pertumbuhan properti bagi masyarakat yang membeli properti untuk dihuni.

Menurutnya, pemerintah dapat mendorong pertumbuhan dengan mempermudah atau mempersingkat perizinan konstruksi dan mengefisienkan biaya valuasi.

Selain itu, pembangunan infrastruktur transportasi masal yang terintegrasi antara pusat bisnis dan industri dengan pemukiman juga menjadi kunci.

“Jadi meskipun [rumah] berjarak 30—50 kilometer jauhnya, tapi hanya 30-45 menit waktu tempuhnya,” ujarnya.

Dia pun menambahkan bahwa periode penjualan rumah oleh pengembang juga tidak kalah penting.

Apabila hunian dijual saat sudah atau hampir selesai akan memberikan kepastian bagi konsumen untuk menghindari pengeluaran ganda, antara mencicil rumah baru dan biaya sewa tempat hunian saat ini.

Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia, jumlah responden yang sangat mungkin membeli rumah dalam 12 bulan mendatang per Juni turun dibandingkan dengan Mei, dari 7,5% menjadi 6,7%.

Begitu juga dengan yang menyatakan kemungkinan membeli turun dari 28,2% jadi 28,2% pada periode yang sama.

Hal ini memberikan indikasi akan adanya pelemahan permintaan properti dalam beberapa bulan ke depan, yang tentu berimbas pada turunnya permintaan KPR perbankan.

Secara umum, survei tersebut menilai optimesme konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan melemah. Indeks ekspektasi konsumen (IEK) turun 4,8 basis poin (bps) pada Juni 2019 dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi 138,1.

Hal itu disebabkan oleh penurunan ekspektasi terhadap penghasilan, dan ketersediaan tenaga kerja, dan utamanya kegiatan usaha pada 6 bulan mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Emanuel B. Caesario
Terkini