Kepemilikan Asing di SBN Tembus Rp1.000 Triliun

Bisnis.com,09 Jul 2019, 15:30 WIB
Penulis: Duwi Setiya Ariyanti
SURAT UTANG NEGARA

Bisnis.com, JAKARTA - Kepemilikan asing dalam surat berharga negara menyentuh Rp1.000,39 triliun pada data per Jumat (5/7/2019).

Dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, yang dikutip Selasa (9/7/2019), total outstanding SBN yang dapat diperdagangkan mencapai Rp2.547,69 triliun per 5 Juli 2019.

Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp1.000,39 triliun digenggam oleh investor asing atau non-residen. Nilai lebih dari Rp1.000 triliun itu mencerminkan porsi kepemilikan SBN tradeable sebesar 39,27 persen.

Lebih detail, investor asing menggenggam instrumen surat utang negara (SUN) sebesar Rp983,13 triliun atau 46,23%. Sisanya, sebesar Rp17,26 triliun berupa instrumen surat berharga syariah negara (SBSN) atau dengan porsi lebih kecil, yakni 4,1%.

Sebelumnya, Anup Kumar, Pengamat Pasar Fixed Income, mengatakan kondisi kepemilikan asing dalam SBN pada semester I/2019 dipicu beberapa hal seperti pelambatan pertumbuhan ekonomi global, peningkatan tensi perang dagang China-AS, pelambatan ekonomi dan stabilnya inflasi di Asia juga terjaganya volatilitas rupiah.

Menurutnya, kombinasi faktor tersebut berkontribusi mendorong masuknya dana asing ke negara berkembang.

Selain itu, minat asing pun terpacu oleh wacana pemotongan suku bunga dan usainya pesta demokrasi serta menangnya pertahana yang memberikan sentimen tersendiri bagi Indonesia.

Penambahan kepemilikan dana asing dalam SBN, katanya masih bakal berlanjut hingga tahun depan karena Indonesia belum memotong suku bunga dan rendahnya gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Indikator yang bisa terlihat, katanya, dari lelang surat utang negara (SUN) dengan imbal hasil 10 tahun di bawah 7,5%.

"Tidak dapat dipungkiri permintaan yang tinggi pada beberapa lelang ke belakang dan stabilnya imbal hasil 10 tahun di bawah level 7,5% saat ini menunjukkan bahwa asing terus menunggu pemotongan suku bunga oleh BI," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ana Noviani
Terkini