Neraca Dagang Tekstil Terancam Defisit Berkepanjangan

Bisnis.com,10 Jul 2019, 17:04 WIB
Penulis: Annisa Sulistyo Rini
ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) memperkirakan neraca perdagangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terancam defisit dalam 3 tahun ke depan jika permasalahan yang ada saat ini tidak segera dibenahi.

Redma Gita Wirawasta, Sekretaris Jenderal APSyFI, mengatakan melihat kinerja perdagangan sektor TPT sejak 2007 hingga tahun lalu, rerata pertumbuhan ekspor hanya sebesar 3,1%, sedangkan impor tumbuh 12,3%. Surplus TPT terus tergerus dari US$6,7 miliar menjadi US$3,2 miliar.

Padahal, di negara tetangga Vietnam, neraca perdagangan TPT justru meningkat dari US$2 miliar menjadi US$26 miliar dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan, industri TPT dalam negeri menghadapi masalah yang serius.

“Industri ada masalah, pertumbuhan impor selalu di atas ekspor 10 tahun terakhir, tetapi pemerintah enggan melihat. Kalau tidak dibenahi, bisa terjadi defisit dalam 3 tahun mendatang di industri TPT,” ujarnya dalam Evaluasi Kinerja Industri Serat dan Benang Filamen Semester I/2019 di Jakarta, Rabu (10/7/2019).

Redma mengatakan pada semester I tahun ini, impor naik sekitar 7% secara tahunan senilai US$4,4 miliar dan diperkirakan pada akhir tahun neraca perdagangan TPT hanya surplus senilai US$2 miliar.

Sepanjang tahun lalu, pertumbuhan impor TPT mengalami lonjakan terburuk dalam 5 tahun terakhir yaitu sebesar 13,8%, sedangkan ekspor hanya naik sebesar 0,9%. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan tergerus sebesar 25,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Galih Kurniawan
Terkini