Kumuh, Kotor, dan Jauh, Area Park & Ride Stasiun MRT Perlu Dibenahi

Bisnis.com,12 Jul 2019, 03:51 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Kereta Moda Raya Terpadu (MRT) melintas di kawasan Fatmawati, Jakarta, Minggu (24/3/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Yayasan Layanan Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pihak manajemen Moda Raya Terpadu (MRT) masih perlu membenahi area park and ride dan fasilitas pendukung di Stasiun MRT.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi memaparkan hal tersebut berdasarkan pengalamannya menjajal area park and ride Stasiun MRT Lebak Bulus. Pertama, dari sisi pengelolaan, menurut Tulus area park and ride Lebak Bulus masih terkesan kumuh dan kurang persiapan menghadapi waktu padat.

“Kondisi sebelum ruang tunggu stasiun cenderung semrawut, kumuh dan kotor. Tampak dengan jelas managemen MRT masih panik saat terjadi lonjakan penumpang dan ironisnya tidak ada petugas yang mengarahkan. Penumpang pun tampak bingung saat akan refund untuk tiket single trip,” ungkap Tulus dalam keterangan resminya, Kamis (11/7/2019).

Sementara itu dari sisi akses, menurutnya jarak antara lokasi park and ride dengan stasiun MRT yang lebih dari 1,5 km terbilang jauh untuk ukuran yang masih tergolong malas berjalan kaki.

Menurutnya, dari lokasi park and ride harus menyeberangi jalan utama yang menikung, dari arah Pondok Indah dan jalan TB Simatupang.  

“Tragisnya, untuk menyeberang sama sekali tidak disediakan dengan JPO, zebra cross atau sejenisnya, dan atau petugas yang membantu menyeberangkan pejalan kaki. Ini jelas sangat membahayakan masyarakat yang akan menggunakan MRT, atau Trans Jakarta,” ujarnya.

Ia menambahkan, jarak park and ride yang jauh itu juga tidak dilengkapi dengan kanopi untuk melindungi calon konsumen dari panas terik matahari, polusi udara, dan risiko hujan deras.

Oleh sebab itu, Tulus berpendapat pihak manajemen seharusnya mampu merangsang kenyamanan pelanggan lewat kelengkapan fasilitas penunjang. Menurutnya, janganlah MRT yang merupakan infrastruktur modern dan canggih itu dikelola dengan mentalitas tradisional dan konvensional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini