GP Farmasi: CKD Otto Bisa Kurangi Impor Obat

Bisnis.com,15 Jul 2019, 10:07 WIB
Penulis: Andi M. Arief
Peresmian pabrik obat antikanker pertama di Indonesia CKD Otto pekan lalu /Foto CKD Otto

Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) menatakan pengoperasian PT CKD Otto Pharmaceuticals (CKD Otto) membantu mengurangi harga obat-obatan berisiko tinggi di pasaran.

Namun, asosiasi menilai industri dalam negeri tidak akan sepenuhnya mampu memasok obat-obatan berisiko tinggi.

Direktur Eksekutif GP Farmasi Dorjatun Sanusi mengatakan hal tersebut disebabkan oleh inovasi baru obat-obatan yang akan terus masuk dan diterima industri nasional.

Maka dari itu, pengoperasian CKD Otto sejalan dengan kebijakan pemerintah yakni mengurangi impor dengan memproduksi barang substitusi impor.

“Hal ini [pengoperasian CKD Otto] sangat membantu. Pertama, harga bersaing, kedua, mencukupi ketersediaan,” ujarnya kepada Bisnis akhir pekan lalu.

Dorojatun mengatakan industri farmasi domestik telah memasok 90% dari kebutuhan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penambahan pemain baru hanya akan menambah kelengkapan jenis obat yang selama ini diimpor dengan harga yang tinggi melainkan menambah ketersediaan obat secara umum.

Dorojatun menilai pengoperasian CKD Otto merupakan bentuk komitmen industri farmasi lokal untuk melakukan investasi di Tanah Air sesuai dengan Instruksi Presiden No. 6/2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

Menurutnya, cara industri lokal dalam mematuhi instruksi tersebut adalah dengan meningkatkan kapasitas industri masing-masing pemain atau mendirikan usaha patungan dalam rangka alih teknologi.

CKD Otto resmi beroperasi memproduksi obat-obatan di dalam negeri pada tahun ini. Perseroan akan memproduksi beberapa obat anti-kanker seperti Oxaliplatin, Gemcitabine, dan Docetaxel.

Presiden Direktur CKD Otto Pharma Baik In-Hyun mengatakan perseroan akan memproduksi obat anti-kanker berupa obat injeksi dalam bentuk cair dan bubuk. Pada tahun lalu, perseroan telah mendapatkan sertifikasi pembuatan obat dari Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) dan Kementerian kesehatan. Pihaknya juga telah mendapatkan sertifikasi halal pada pertengahan kuartal I/2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Galih Kurniawan
Terkini