Beras, Rokok Kretek dan Tongkol Bebani Penduduk Miskin Papua

Bisnis.com,16 Jul 2019, 03:33 WIB
Penulis: M. Taufikul Basari
Sejumlah anak pengungsi banjir bandang Sentani bermain di bukit di sekitar tenda darurat yang didirikan di Bukit Harapan, Sentani, Jayapura, Papua, Rabu (20/3/2019)./ANTARA-Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA — Persentase penduduk miskin di Papua selama 6 bulan terakhir mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen, yaitu dari 27,43 persen pada September 2018 menjadi 27,53 persen pada Maret 2019. Papua masih menjadi provinsi dengan persentase penduduk miskin terbesar di Indonesia, diikuti Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Menurut rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Papua pada Senin (15/7), persentase penduduk miskin di Papua, baik daerah perkotaan dan perdesaan mengalami kenaikan.

Dsiebutkan, penduduk miskin perkotaan naik 0,25 persen poin menjadi 4,26 persen (4,01 persen pada September 2018) dan perdesaan naik sebanyak 0,19 persen poin menjadi 36,84 persen (36,65 persen pada September 2018).

Peranan komoditas makanan terhadap Garis Kemiskinan (GK) jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan, baik perkotaan maupun perdesaan. Pada Maret 2019, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan perkotaan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 67,00 persen, sedangkan perdesaan sebesar 78,48 persen.

Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap GK Provinsi Papua di daerah perkotaan adalah beras, rokok kretek, tongkol/tuna/cakalang, telur ayam ras dan daging ayam ras. Adapun komoditas yang berpengaruh besar terhadap GK di perdesaan adalah ketela rambat, beras, rokok kretek, daging babi dan ketela pohon/singkong.

Menurut data BPS, pada periode September 2018 – Maret 2019, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan kenaikan.

Hal itu mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan antar penduduk miskin semakin bertambah dibanding periode sebelumnya.

Sumber: BPS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini