Bisnis.com, JAKARTA — Keterbukaan informasi pajak berpotensi dapat menjadi motor pendorong bisnis wealth management perbankan Tanah Air.
Berdasarkan catatan Bisnis, pemerintah tengah gencar menangani penggerusan basis pajak dan pengalihan laba (base erosion and profit shifting atau BEPS) dengan berbagai macam peraturan, salah satunya implementasi automatic exchange of information (AEOI) dan akses informasi ke sektor keuangan.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan berharap adanya transparansi pendapatan wajib pajak (WP) dan meningkatnya repatriasi dana ke dalam negeri.
Otoritas Fiskal mengestimasi jumlah harta yang berada di luar negeri senilai US$250 miliar atau sekitar Rp3.250 triliun. Namun, total nilai realisasi deklarasi harta hingga kuartal pertama tahun ini baru mencapai Rp1.036,76 triliun, atau 31,9%.
President Director PT Bank OCBC NISP Tbk. Parwati Surjaudaja menuturkan, keterbukaan informasi pajak merupakan sebuah ceruk pasar bagi bisnis wealth manajemen industri perbankan, karena membuat kompetisi semakin jelas.
"Saya rasa momentum keterbukaan informasi pajak ini sangat bagus sekali. Bagi kami ini bisa meningkatkan bisnis asset under management," katanya usai Bank OCBC NISP Coffee Morning Talk, Senin (15/7/2019).
Dia menyampaikan, perseroan tengah melakukan banyak diversifikasi produk, serta integrasi antar pelaku industri jasa keuangan lainnya. Hal ini dilakukan agar pemilik aset mendapat pilihan dan keterjaminan dana ketika berinvestasi di perseroan.
Parwati menuturkan, perseroan juga terus mengembangkan mobile banking, agar monitor aset oleh nasabah dapat lebih mudah. "Masyarakat kita memang membutuhkan kemudahan itu dalam pemanfaatan digital ini," katanya.
Senada, Head of Wealth Management & Client Growht PT Bank Commonwealth Ivan Jaya juga berpendapat, intensifikasi meningkatkan kepatuhan dengan membuka informasi pajak juga berpengaruh pada bisnis dana kelolaan.
Hanya saja, dia menyayangkan keterbukaan informasi tersebut masih belum dilanjutkan dengan peraturan yang lebih rigit yang mewajibkan pemilik dana untuk berinvestasi di tanah air.
"Jika ada regulasi yang mengatur mengenai dana hasil AEOI agar dapat ditaruh di bank di dalam negeri maupun diinvestasikan dalam bentuk portofolio keuangan di pasar modal Indonesia, tentunya bisnis wealth management di Indonesia akan makin bertumbuh dengan adanya peningkatan AUM."
Ivan sebelumnya menyebutkan, pertumbuhan volume dana kelolaan masih di kisaran 3% (year-to-date/ytd). Namun, perseroan masih optimistis mampu tumbuh dua digit tahun ini.
"Pertumbuhan sejauh ini baru 3% [ytd], tapi tetap akan kami kejar pada paruh kedua," katanya.
Berdasarkan laporan publikasi Bank Commonwealth, total surat berharga yang tersedia untuk dijual pada kuartal pertama tahun ini tercatat Rp2,28 triliun, atau naik 4,48% (year-on-year/yoy).
Namun, pendapatan operasional non bunga dari penjualan surat berharga mencapai Rp14,29 miliar, turun 39,39% (yoy).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel