Mencium Wangi Kopi Produksi Agrowisata Mesastila

Bisnis.com,17 Jul 2019, 17:43 WIB
Penulis: Yanita Petriella
Petani merawat tanaman kopi Arabika Kate di lereng gunung Sindoro desa Tlahab, Kledung, Temanggung, Jateng, Senin (5/6)./Antara-Anis Efizudin

Duty Manager MesaStila Yoyok Widyopramono mengatakan, buah kopi yang berwarna merah dipetik dari pohonnya dan dilakukan penjemuran selama 2 hari di bawah terik matahari. Setelah itu, dilakukan pengupasan atau pelepasan dengan kulit arinya sehingga berbentuk biji kopi

Biji-biji kopi ini lalu dilakukan pemanasan secara manual dengan api yang berasal dari kayu bakar. Setelah itu, dilakukan penyangraian, dan penggilingan biji kopi secara manual hingga menjadi bubuknya yang siap seduh.

“Wangi kopi ini sangat terasa karena kompos yang mereka produksi dihasilkan dari fermentasi sisa dedaunan yang gugur di area perkebunan, sampah dapur domestik, serta kotoran kambing dan kuda yang mereka ternakkan untuk keperluan itu,” ujarnya, akhir pekan lalu.

Panen kopi di Mesastila ini dilakukan satu tahun sekali mulai Juli sampai September. Waktu panen cukup lama lantaran pemetikan buah kopi dilakukan satu per satu khusus yang telah memerah.

“Pemetik harus berhati-hati karena di setiap tandan, tak selamanya buah kopi matang bersamaan. Pemetik dilakukan oleh petani yang juga karyawan dari Mesastila ini,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendra Wibawa
Terkini