Ekspor Jepang Terus Melemah, Risiko Ekonomi Global Meningkat

Bisnis.com,18 Jul 2019, 17:02 WIB
Penulis: Nirmala Aninda
Industri di Jepang./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Jepang kembali mencatatkan penurunan ekspor pada Juni, sedangkan industri manufaktur merosot ke level terendah selama 3 tahun terakhir akibat perang tarif dagang Amerika Serikat dan China.

Meningkatnya proteksionisme perdagangan menambah tekanan terhadap ekonomi terbesar ketiga dunia tersebut.

Pelemahan ekspor memberikan tekanan pada output pabrik Jepang yang mengancam belanja modal perusahaan dan memupus harapan para pembuat kebijakan bahwa permintaan domestik dapat mengimbangi ketegangan eksternal yang meningkat.

Data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan Jepang, Kamis (18/7/2019), menunjukkan bahwa ekspor melemah pada Juni untuk 7 bulan berturut-turut sebesar 6,7% secara tahunan.

Sebagian besar penurunan ini disebabkan oleh penjualan yang lemah pada produk kapal tanker, suku cadang mobil yang akan di jual ke China, dan pipa baja.

"Ekspor Jepang akan tetap lemah untuk saat ini," ujar Takeshi Minami, Kepala Ekonom di Norinchukin Research Institute, seperti dikutip melalui Reuters, Kamis (18/7/2019).

Minami menuturkan bahwa baik pemerintah Jepang maupun bank sentral (BOJ) berharap ekonomi global akan pulih akhir tahun ini.

Namun, skenario tersebut kemungkinan besar akan tertunda dengan meningkatnya ketegangan perang dagang antara AS dan China, ekonomi Eropa yang memburuk, serta pelemahan pertumbuhan ekonomi AS.

Serangkaian data ekonomi Jepang yang menunjukkan pelemahan menekankan prediksi sejumlah analis terkait langkah BOJ berikutnya terkait stimulus tambahan yang akan dikeluarkan pada tinjauan kebijakan di akhir bulan ini.

Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters terhadap beberapa ekonom menunjukkan ekspektasi kebijakan BOJ yang lebih longgar meningkat tajam.

Adapun, pejabat bank sentral Jepang mengatakan mereka siap untuk melakukan pelonggaran lebih lanjut jika kondisi ekonomi terbukti memburuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini