Pemerintah Diminta Turunkan Tarif Impor dan Pajak Kendaraan Listrik

Bisnis.com,18 Jul 2019, 14:36 WIB
Penulis: Thomas Mola
Presiden Direktur PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Naoya Nakamura memperkenalkan Mitsubishi Outlander PHEV di Jakarta, Selasa (9/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Mitsubishi Motors Corporation terus berdiskusi dengan pemerintah agar dapat menurunkan tarif impor khususnya untuk kendaraan listrik.

Mitsubishi yang pada GIIAS 2019 mulai memasarkan Outlander PHEV dengan harga di atas Rp1 miliar, menyatakan harga tersebut banyak dipengaruhi oleh tarif impor dan pajak barang mewah (luxury tax).

Chairman of Mitsubishi Motors Corporation (MMC) Osamu Masuko mengatakan, Indonesia menjadi negara pertama di Asean yang menjual Outlander PHEV. Harga menjadi mahal bukan karena produknya, melainkan karena import duty dan luxury tax.

 Masuko mengatakan, Mitsubishi juga tidak menutup peluang untuk merakit model kendaraan listrik itu di Tanah Air. Untuk merakit mobil listrik di dalam negeri, Mitsubishi membutuhkan volume unit guna mencapai skala ekonomis.

 Sayangnya, untuk menciptakan volume yang masif butuh insentif dari pemerintah agar harga kendaraan listrik lebih terjangkau. Untuk itu, pihaknya akan terus berdiskusi dengan pemerintah karena Indonesia juga ingin masuk ke era kendaraan listrik.

 "Kami butuh volume pada level tertentu sehingga bisa dirakit dalam negeri," ujarnya di Jakarta, Rabu (17/7/2019).

 Masuko menjelaskan, Outlander PHEV adalah model yang ideal untuk pasar Indonesia. Model PHEV ini bukan hanya sebagai sarana transportasi, melainkan juga sebagai sumber listrik dalam keadaan darurat.

 Presiden Direktur PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Naoya Nakamura mengatakan, Mitsubishi memperkenalkan Outlander PHEV karena ingin memulai era kendaraan listrik. "Kami tidak ingin menunggu itu terjadi tapi kami membuat itu terjadi," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Galih Kurniawan
Terkini