Bisnis.com, JAKARTA — Peredaran informasi palsu atau hoaks dinilai dapat menggerus reputasi perusahaan apabila dibiarkan, termasuk dalam industri keuangan seperti perusahaan-perusahaan asuransi.
Head of Corporate Communications PT Allianz Life Indonesia Wahyuni Murtiani menjelaskan, peredaran informasi tersebut telah menjadi perhatian serius dari industri asuransi. Allianz bersama pihak-pihak terkait, menurutnya terus mendorong perlindungan nasabah dari hoaks.
Menurut dia, informasi palsu di industri asuransi, seperti juga umumnya di industri lain, berasal dari pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari pihak lainnya. Salah satu tujuan yang marak ditemukan dari penyebaran informasi tersebut adalah penyalahgunaan klaim asuransi oleh pihak-pihak tertentu
“Sejauh ini [penyebaran hoaks] dilakukan melalui berbagai tindakan penyebaran berita bohong untuk menutupi tindakan penipuan asuransi, termasuk melalui kampanye gelap guna merusak citra perusahaan, antara lain membangun narasi proses klaim nasabah yang tidak mudah oleh perusahaan,” ujar Wahyuni dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis pada Jumat (19/7/2019).
Dia menambahkan, pihaknya selalu menghimbau agar masyarakat tidak mudah terhasut oleh informasi palsu. Beberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat di antaranya adalah melakukan pemeriksaan ganda atas sebuah informasi dan mencari sumber-sumber informasi yang dapat dipercaya, seperti lembaga resmi atau perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Wahyuni, peredaran informasi tersebut bukan hanya memengaruhi pola pikir masyarakat terhadap industri asuransi, tetapi juga terhadap citra perusahaan. Dia menjelaskan, pihaknya turut dihadapkan pada masalah persebaran hoaks tetapi citra perusahaan tetap dapat terjaga.
Pengukuran citra perusahaan tersebut menurutnya dapat dilihat dari hasil survei Frontier Group, salah satu lembaga yang konsisten melakukan survei tentang citra perusahaan. Berdasarkan hasil survey pada tahun ini, terdapat tujuh perusahaan asuransi yang memiliki skor Corporate Image Index (CII) di atas 1, atau berada di atas rata-rata industri.
Wahyuni menjelaskan bahwa Allianz merupakan salah satu dari perusahaan tersebut yang termasuk dalam kategori perusahaan dengan total aset di atas Rp20 triliun. Perusahaannya berhasil meningkatkan skor CII dari sebelumnya di bawah 1.
“Tidak mudah untuk mempertahankan citra perusahaan, apalagi di era digital, komunikasi yang tidak terbatas yang rentan dengan gempuran hoaks,” ujar dia.
Sementara itu, pengamat citra perusahaan Godo Tjahjono menjelaskan bahwa reputasi perusahaan perlu dibangun selama bertahun-tahun. Citra tersebut menurutnya tidak hanya dibangun di depan nasabah, tetapi juga di mata pemangku kepentingan.
“Umumnya, perusahaan akan tangguh terhadap hoaks, karena mereka konsisten membangun reputasi dan menerjemahkan prinsip-prinsip humanistik dalam bisnisnya. Masih banyak perusahaan belum menjiwai konsep humanistik bisnis,” ujar Godo yang juga pernah menggeluti industri asuransi.
Menurutnya, salah satu kunci menjaga citra perusahaan adalah menjalin hubungan langsung antara representasi perusahaan, termasuk agen, dalam bersentuhan dengan nasabah dan pemangku kepentingan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel