Menteri Jonan Usul Ahli Migas Isi Posisi di Badan Pemeriksa Keuangan

Bisnis.com,22 Jul 2019, 16:05 WIB
Penulis: David Eka Issetiabudi
Menteri ESDM Ignasius Jonan (tengah) bersama Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (18/7/2019)./ANTARA-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA—Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menyarankan adanya pertukaran pegawai antara Kementerian ESDM dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk menyamakan pemahaman terkait kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi.

Jonan mengatakan hal tersebut untuk meningkatkan pemahaman pegawai BPK tentang apa yang terkandung yang ada di perut bumi, khususnya terkait eksplorasi migas. Pasalnya, tingkat ketidakpastian untuk mengetahui keberadaan kandungan migas di perut bumi relatif tinggi.

“Mungkin perlu juga di BPK ada geologis yang jadi tenaga ahli. Nanti pegawai ESDM dikirim ke sini jadi pegawai BPK agar ada pemahaman bahwa apa yang terkandung di perut bumi itu pas,” katanya, Senin (22/7/2019)

Dia mencontohkan ketidakpastian kegiatan hulu migas seperti apa yang terjadi di Blok Cepu, terutama Lapangan Migas Banyu Urip. Pada awal pencarian migas di sana, ketika lapangan migas dikelola oleh Pertamina, belum ada temuan signifikan selama 40 tahun.

Akan tetapi, setelah pemerintah menugaskan Exxonmobil mengelola lapangan tersebut, statusnya menjadi salah satu tulang punggung produksi migas Indonesia.

“Kalau ini misalnya ditarik ke ranah kepastian hukum harus sekian [kandungan migas], enggak mungkin. Kalau gak percaya, yang sekolah hukum aja masuk ke dalam perut bumi,” tambahnya.

Selain itu, terkait upaya penghematan keuangan negara dalam operasi sektor migas, perlu dipertimbangkan juga unsur keselamatan. Jonan mencontohkan apa yang sedang terjadi di proyek YYA-1 Lapangan YY, area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ)

“Ini [gelembung gas] adalah kejadian yang ketiga. Anjungan ini adalah salah satu dari tiga yang dibangun putra-putri [Indonesia]. Risikonya besar, sekarang anjungannya pasti di-take out keluar,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Lucky Leonard
Terkini