Instrumen Investasi SBR007 di Beberapa Bank Laris Manis

Bisnis.com,24 Jul 2019, 12:55 WIB
Penulis: Ropesta Sitorus
Karyawan memesan surat berharga negara Saving Bond Retail (SBR) seri SBR007 secara online, di Jakarta, Senin (15/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan para investor terhadap produk saving bond ritel (SBR) seri SBR007 cukup tinggi kendati tingkat kupon yang ditawarkan hanya 7,5%, di bawah seri sebelumnya SBR—6 yang mencapai 7,95%.

Dalam data yang ditampilkan oleh salah satu mitra distribusi, Investree, hingga 22 Juli 2019, pemesananan surat utang negara (SUN) ritel itu telah mencapai Rp2,07 triliun.

Nilai tersebut lebih tinggi dari target indikatif Rp2 triliun. Seperti diketahui, surat utang negara tersebut didistribusikan sejak 11 Juli 2019 lalu. Masa pemesanannya masih tersisa hingga tiga hari ke depan sampai 25 Juli 2019.

Dalam penerbitan kali ini, penjualan dan distribusi dilakukan lewat 20 mitra distribusi yang terdiri dari 12 bank umum, 3 perusahaan sekuritas, 3 perusahaan efek khusus berbasis teknologi dan 2 perusahaan fintech yang bergerak di bidang peer to peer lending.

Tingginya animo nasabah tersebut juga diakui oleh perbankan yang menjadi mitra distribusi (midis), salah satunya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Senior Vice President Wealth Management Group Bank Mandiri Elina Wirjakusuma  mengatakan per Senin (22/7/2019), nilai penjualan SBR007 di perseroan telah mencapai Rp385 miliar.

Perseroan masih optimistis mampu mendistribusikan hingga lebih dari 20% dari target indikatif produk tersebut kepada para nasabahnya.

“Perkiraan kami antara Rp400 miliar – Rp450 miliar sampai 25 Juli nanti,” katanya kepada Bisnis.

Dia menuturkan, produk tersebut cukup diminati nasabah, khususnya para investor ritel. Apalagi harga per unit penjualan yang tidak terlalu besar, yakni hanya Rp1 juta, membuat SBR007 dapat dibeli oleh berbagai kalangan.

Instrumen investasi yang berbasis online (E-SBN) ini memiliki tenor atau jangka waktu jatuh tempo 2 tahun dan pembayaran kuponnya dilakukan setiap tanggal 10 setiap bulan hingga 10 Juli 2021.

Tingkat kupon minimal yang diberikan 7,5% dan bersifat mengambang dengan acuan penetapan kupon yakni suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate ditambah 1,5%.

Meskipun tingkat imbal hasil yang ditawarkan tidak setinggi produk sebelumnya, menurut Elina, produk investasi tersebut masih lebih menggiurkan dibandingkan dengan tingkat imbal hasil produk perbankan seperti simpanan berjangka.

“Walaupun kupon lebih rendah dari SBR sebelumnya, tetapi ini sangat menarik dibandingkan dengan bunga deposito saat ini, terutama untuk retail investor,” ujarnya.

Secara terpisah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. juga menyampaikan senada. Corporate Secretary Bank BRI Bambang Tribaroto menyampaikan, hingga Senin (22/7) sore, penjualan instrumen SBR007 telah melebihi target.

“Target awal yang ditetapkan sebesar Rp100 miliar. Penjualan SBR007 melalui BRI hingga Senin kemarin telah mencapai Rp239,9 miliar,” kata Bambang kepada Bisnis.

Menurutnya, hal tersebut tidak terlepas dari program promosi yang dilakukan perseroan selama masa penjualan SBR007. Salah satunya yakni program cashback untuk 50 nasabah pertama yang membeli instrumen tersebut.

Selain itu, penurunan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate dari 6% menjadi  5,75% oleh Bank Indonesia juga dinilai ikut berkontribusi menyebabkan meningkatnya permintaan nasabah.

“Pemangkasan suku bunga acuan yang dilakukan BI pada pekan lalu juga menjadi pendorong penjualan SBR007, di mana kupon yang ditawarkan minimal sebesar 7,50%.”

Sementara itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk. menyatakan penjualan instrumen SBR007 cukup diminati oleh investor, kendati masih belum mencapai 100% dari target.

“Sejauh ini, penjualan kami telah mencapai sekitar 75% dari kuota,” kata Head of Retail Product CIMB Niaga Budiman Tanjung. 

Dia menuturkan, produk tersebut dipasarkan ke investor dari segmen nasabah emerging affluent.

Menurutnya, setidaknya ada tiga alasan utama yang membuat nasabah menggandrungi SBR007. Pertama, instrumen tersebut diterbitkan oleh pemerintah sehingga lebih aman dari sisi risiko.

Kedua, dibeli untuk diversifikasi investasi. Ketiga, dengan tendensi penurunan suku bunga acuan BI, produk tersebut menjadi opsi yang cukup menarik bagi nasabah mengalokasikan sebagian dana yang tidak terpakai, daripada hanya disimpan dalam bentuk simpanan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini