Kontribusi Manufaktur Dipatok 26 Persen pada 2045, Ini Strategi Bambang Brodjonegoro

Bisnis.com,26 Jul 2019, 18:37 WIB
Penulis: Muhamad Wildan
Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro menggelar Konsultasi Publik Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 di Hotel Double Tree, Jakarta, Rabu (24/7/2019).

Bisnis.com, JAKARTA–Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia pada 2045, Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro menekankan pentingnya kontribusi sektor industri manufaktur.

Bambang memaparkan untuk mencapai target tersebut pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya harus mencapai 5,7 persen, pertumbuhan industri manufaktur 6,3 persen, dan kontribusi industri manufaktur terhadap PDB harus mencapai 26 persen.

"Kalau kita mau jadi negara maju, Indonesia harus jadi negara industri," ujar Bambang, Jumat (26/7/2019).

Dalam rangka meningkatkan kontribusi industri manufaktur, strategi yang hendak diterapkan adalah dengan memodernisasi industri yang fokus pada industri pengolahan SDA berbasis kawasan, penerapan smart and sustainable manufacturing untuk meningkatkan efisiensi industri nasional, pemanfaatan revolusi industri 4.0 yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing industri, serta mendorong industri menjadi bagian dari global value chain (GVC).

Dengan penerapan industri 4.0, pertumbuhan PDB per tahun bakal mencapai 1-2 persen setiap tahun dengan baseline 2018-2030.

Lebih lanjut, Bambang mengatakan bakal ada 10 juta lapangan kerja baru pada 2030.

"Selain itu, sektor manufaktur akan menjadi kontributor terbesar. Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB mencapai lebih dari 26 persen pada 2030,” terang Bambang.

Melalui transformasi Indonesia 4.0, Indonesia kedepannya dapat menjadi salah satu kekuatan terbesar dalam industri makanan minuman di ASEAN, produsen functional clothing, eksportir ICE dan EV bidang otomotif, serta pemain industri biokimia.

Adapun untuk industri biokimia, Indonesia memiliki karena memiliki sumber daya pertanian yang melimpah serta pasar domestik yang besar.

Meski demikian, Bambang memaparkan bahwa Indonesia saat ini kapasitas produksinya masih terbatas dan sangat bergantung pada impor bahan baku.

Lebih lanjut, zona industri kimia masih belum optimal dan kemampuan penelitian dan pengembangan juga masih sangat terbatas.

Ke depan, terdapat 5 kebutuhan utama industri kimia di Indonesia yakni peningkatan kapasitas petrokimia domestik dan mengurangi ketergantungan impor, optimalisasi zona industri untuk mengangkat sumber daya migas domestik, perbaikan produktivitas dengan adopsiteknologi 4IR, percepatan aktifitas litbang untuk membangun biofuel dan bioplastik generasi baru, dan ekspor untuk meningkatkan skala ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rahayuningsih
Terkini