Dolar Masih Kokoh, Rupiah Lanjutkan Pelemahan

Bisnis.com,29 Jul 2019, 18:13 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah masih melanjutkan pelemahan pada perdagangan Senin (29/7/2019) seiring dengan dolar AS yang semakin kokoh didukung kuatnya PDB AS pada kuartal II/2019.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (29/7/2019), rupiah ditutup di level Rp14.020 per dolar AS, melemah 0,078% atau 12 poin.

Analis PT Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan bahwa menguatnya dolar AS masih menjadi sentimen dominan penggerak mata uang garuda pada perdagangan kali ini.

"Saat ini, dalam negeri sedang minim sentimen. Artinya, pergerakan rupiah cenderung karena faktor eksternal," ujar Deddy kepada Bisnis.com, Senin (29/7/2019).

Pasar sebelumnya cenderung memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan cukup agresif, yaitu sebesar 50 basis poin. Namun, tersajinya data ekonomi AS yang positif meredupkan ekspektasi tersebut.

Produk domestik bruto (PDB) AS untuk kuartal kedua tahun ini mampu tumbuh sebesar 2,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan harapan pasar sebesar 1,8%. Oleh karena itu, saat ini proyeksi investor The Fed hanya akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.

Selain itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor bergerak menguat 0,08% di level 98,09.

Di sisi lain, Deddy mengatakan bahwa bila negosiasi dagang AS dan China yang baru akan dimulai pada Selasa (30/7) dapat berjalan kondusif dan produktif, maka hal tersebut akan menjadi sentimen positif bagi rupiah.

"Yang pada akhirnya depresiasi rupiah tidak akan terlalu dalam. Saya berpikir juga data NFP AS yang akan dirilis akhir pekan ini belum akan berdampak besar bagi rupiah," ujar Deddy.

Dia memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp13.990 per dolar AS hingga Rp14.030 per dolar AS pada perdagangan Selasa (30/7/2019).

Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa defisit neraca perdagangan migas sepanjang Semester I-2019 mencatatkan defisit hingga US$4,78 miliar dan kemungkinan akan tembus hingga US$10 miliar pada akhir 2019 menjadi sentimen negatif rupiah.

"Defisit migas pada dasarnya tidak bisa dihindari oleh Indonesia, manakala kebutuhan migas jauh lebih tinggi dibandingkan produksi, khususnya sejak 2008 hingga saat ini," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya.

Dia memprediksi rupiah masih akan bergerak melemah akibat kuatnya tekanan dari sentimen global pada perdagangan Selasa (30/7/2019) di kisaran Rp13.990 per dolar AS hingga Rp14.035 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ana Noviani
Terkini