Furnitur Vietnam Jadi Pesaing Berat Produk Indonesia

Bisnis.com,01 Agt 2019, 08:54 WIB
Penulis: Annisa Sulistyo Rini
Pekerja menyelesaikan pembuatan kursi rotan./ANTARA-Maulana Surya

Bisnis.com, JAKARTA — Produk furnitur Indonesia belum mampu menyaingi Vietnam dalam mengisi pasar Amerika Serikat yang ditinggalkan oleh China.

Berdasarkan data dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, pada April 2018 atau ketika Pemerintah AS menginisiasi daftar awal produk China yang dikenakan tarif sebesar 25%, pangsa pasar ekspor furnitur asal negara tersebut sebesar 48%, sedangkan Vietnam sebesar 7,4% dan Indonesia sebesar 1,63%.

Setahun setelahnya, pangsa pasar China turun menjadi 45,8%, sedangkan Vietnam naik menjadi 10,5% dan Indonesia tak banyak berubah di level 1,65%.

Negara lain yang mengekspor furnitur ke Negara Paman Sam, Meksiko, juga mengalami penurunan pangsa pasar dari 18% menjadi 16,4%.

Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Core Indonesia, mengatakan dengan ketersediaan bahan baku yang memadai di dalam negeri, semestinya bisa menjadi keunggulan produk mebel dalam negeri.

“Namun, kita tidak bisa ambil pasar AS yang ditinggalkan China karena peningkatan tarif. Pangsa pasar Vietnam naik sedangkan Indonesia enggak banyak berubah,” katanya Rabu (31/7/2019).

Dia berpendapat ada beberapa sebab mengapa produk furnitur dalam negeri tidak bisa mengambil pasar yang ditinggalkan China seperti Vietnam, salah satunya adalah kemampuan produsen dalam membaca preferensi pasar dan inovasi yang masih kurang.

Bahan baku yang tersedia di Indonesia memang memiliki kualitas yang lebih baik, tetapi model juga memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk.

Selain faktor spesifik tersebut, industri mebel juga menghadapi tantangan yang sama dengan industri lainnya di dalam negeri, seperti masalah biaya logistik dan upah tenaga kerja.

“Diplomasi dagang Vietnam ke AS juga lebih dekat sehingga apa yang dibutuhkan pasar AS, Vietnam lebih mudah masuk,” kata Faisal.

Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur menyatakan memang benar di tengah perang dagang saat ini, industri mebel Vietnam bisa menikmati pertumbuhan yang pesat.

Dalam 3 tahun terakhir, ekspor furnitur Vietnam naik dari US$6,9 miliar ke US$9,3 miliar pada tahun lalu. Adapun pertumbuhan di China berkisar di level 12%.

“Indonesia hanya 4%-5%, mengapa? Ini karena Vietnam menjadi negara yang menjadi tujuan relokasi China dan Taiwan untuk masuk ke AS. Ada 600 perusahaan di Vietnam yang merupakan relokasi dari dua negara tersebut,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Galih Kurniawan
Terkini