AS Tuding China Manipulasi Nilai Tukar

Bisnis.com,06 Agt 2019, 06:17 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Yuan/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa China telah memanipulasi mata uangnya sehingga akan meminta Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menghilangkan persaingan tidak adil yang dipraktikkan Beijing tersebut, ujar Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin dalam sebuah pernyataan pada hari Senin (5/8/2019).

China membiarkan yuan melemah melewati level kunci 7 per dolar AS untuk pertama kalinya dalam kurun lebih dari satu dekade kemarin.

Dengan kejadian itu China kemudian mengatakan akan berhenti membeli produk pertanian AS sehinga kian memperburuk perang dagang dengan Amerika Serikat.

Penurunan tajam yuan 1,4 persen terjadi beberapa hari setelah Presiden Donald Trump mengejutkan pasar keuangan dengan berjanji akan mengenakan tarif 10 persen atas impor China senilai US$300 miliar mulai 1 September.

Langkah itu tiba-tiba memanaskan kembali mesin perang dagang yang sebelumnya berhenti karena telah mengganggu rantai pasokan global dan memperlambat pertumbuhan.

Terakhir kali Amerika Serikat menyebut China sebagai manipulator mata uang pada tahun 1994 seperti dikutip Reuters, Selasa (6/8/2019). 

Departemen Keuangan AS menyebut  Taiwan dan Korea Selatan sebagai manipulator mata uang pada tahun 1988. Saat itu Kongres AS memberlakukan undang-undang peninjauan kembali atas mata uang. 

Perang dagang membuat industri komputer Amerika Serikat mengalami tekanan dari berbagai sisi.

Produsen chip negara Paman Sam pun mengalami masa-masa yang berat dalam dua bulan terakhir setelah Gedung Putih memutuskan untuk memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam impor mereka. 

Keberadaan tarif baru yang baru saja diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump kepada China juga bakal menambah beban mereka.

Intel, Qualcom, dan Advanced Micro Devices baru-baru ini mengakui ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung dengan China serta pembatasan penjualan ke Huawei telah membebani perushaan itu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini