Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. memperkirakan pertumbuhan kredit akan melambat pada paruh kedua tahun ini. Selain kondisi ekonomi, hal itu juga disebabkan oleh likuiditas yang diperkirakan belum meningkat signifikan.
Hal itu disampaikan oleh pejabat sementara Direktur Keuangan dan Treasury & Strategy BTN Nixon L.P. Napitupulu.
“Semester II/2019, kami menurunkan pertumbuhan kreditnya,” katanya kepada Bisnis, Kamis (8/8/2019).
Berdasarkan laporan publikasi per Juni 2019, BTN menyalurkan kredit senilai Rp251,04 triliun atau tumbuh 18,8 persen secara year-on-year (yoy). Pada periode yang sama, angka pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) berada di bawah penyaluran kredit, yakni 15,9 persen yoy.
Likuiditas bank pun mengetat, ditandai oleh kenaikan rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) dari 111,46 persen per Juni 2018 menjadi 114,24 persen per Juni 2019.
BTN berencana merevisi Rencana Bisnis Bank (RBB) terkait pertumbuhan DPK pada paruh kedua 2019, dari 10-12 persen secara tahunan menjadi 7-9 persen. Langkah ini didasari kondisi makro ekonomi, baik global dan domestik, yang diperkirakan berdampak pada industri perbankan.
Target penyaluran kredit juga diturunkan dari 10-12 persen menjadi 9-11 persen secara yoy.
Selain dana konvensional yang diperkirakan tidak sesuai ekspektasi awal tahun, BTN telah menyiapkan sejumlah strategi untuk meraup pendanaan dan meningkatkan pertumbuhan kredit pada semester II/2019. Perusahaan akan menerbitkan obligasi global senilai US$300 juta serta melakukan pinjaman bilateral dan merealisasikan emisi obligasi subordinasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel