BI : Defisit Transaksi Berjalan Indonesia Bisa Sentuh 2 Persen

Bisnis.com,09 Agt 2019, 11:40 WIB
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memaparkan materi pada acara sarasehan Arah Bauran Kebijakan BI dalam Menjaga Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi di Bandung, Jawa Barat, Senin (29/7/2019)./Bisnis-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo masih optimistis bisa mendorong defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) ke level 2% dari PDB dalam 5 tahun ke depan.

Dalam Seminar Nasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Perry menyatakan bahwa dalam mendorong transformasi ekonomi 5 tahun ke depan pertumbuhan ekonomi bisa sampai ke level 6%.

"Tahun ini sedikit di bawah 5,2% dan 5,3%. Tapi beberapa tahun ke depan bakalan tembus 6% dan CAD kita 2%," jelas Perry di Hotel Borobudur, Jumat (9/8/2019).

Perry bahkan optimistis bahwa income per kapita dalam 5 tahun ke depan bisa mencapai US$6.000.

Berkaca dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II/2019, ada defisit sebesar US$2 miliar. Alhasil defisit neraca transaksi berjalan meningkat dari US$7,0 miliar atau 2,6% dari PDB pada kuartal sebelumnya menjadi US$8,4 miliar atau 3,0% dari PDB.

Kondisi ini dipengaruhi oleh perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, serta dampak pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dan harga komoditas yang turun.

Dengan perkembangan tersebut, meskipun pada kuartal II/2019 mengalami defisit US$2,0 miliar, NPI sampai dengan semester I/2019 tetap mencatat surplus sebesar US$0,4 miliar.

Sementara itu, surplus transaksi modal dan finansial (TMF) pada kuartal II/2019 tetap besar. Surplus neraca TMF tercatat US$7,1 miliar ditopang oleh aliran masuk investasi langsung dan investasi portofolio. Aliran masuk investasi langsung tercatat US$7,0 miliar, meningkat dibandingkan dengan level pada kuartal sebelumnya sebesar US$6,1 miliar.

Investasi portofolio tercatat juga masih tinggi yakni US$4,5 miliar. Sementara itu, investasi lainnya mencatat defisit dipengaruhi oleh faktor musiman meningkatnya pembayaran pinjaman luar negeri pemerintah dan swasta yang jatuh tempo.

Dengan perkembangan tersebut, surplus TMF sampai dengan semester I/2019 tercatat US$17,0 miliar lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada semester I tahun sebelumnya sebesar US$5,3 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini