Bisnis.com, JAKARTA - Ketika Presiden Donald Trump bersiap untuk menampar China dengan tarif impor baru, investor mulai bersiap untuk menghadapi tanda-tanda tekanan pada konsumen di Negeri Paman Sam.
Terlebih, peritel top sudah akan mulai melaporkan hasil kuartalan, yang dapat menunjukkan data seberapa dalam sentimen konsumen utama dan data penjualan ritel terdampak dari kebijakan pemerintah tersebut.
Investor dan analis cemas tentang dampak dari rencana tarif 10 persen Trump pada sisa US$300 miliar dalam impor China, yang sebagian besar akan memengaruhi barang-barang konsumen.
Hal itu bisa menjadi pukulan ganda bagi ekonomi AS, yang sekitar 70 persen didorong oleh konsumen, dan pengecer.
Mona Mahajan, ahli strategi investasi AS di Allianz Global Investors di New York, adalah di antara analis yang berfokus pada dampak dari tarif, mencatat bahwa putaran baru yang direncanakan "secara tidak proporsional" akan berdampak pada barang-barang konsumen.
"Kami akan mengawasi data khususnya seputar penjualan ritel dan kepercayaan konsumen. Kami akan terus memantau pelunakan dalam manufaktur dan inflasi. Namun, hal terpenting bagi kami saat ini adalah gambaran konsumsi A.S.," katanya seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (10/8/2019).
Adapun, data penjualan ritel Juli akan keluar pada hari Kamis (15/8). Menurut jajak pendapat Reuters, tidak termasuk mobil, penjualan diperkirakan hanya akan tumbuh sekitar 0,3 persen, turun dibandingkan dengan Juni yang mencapai 0,4 persen.
Pada hari Jumat, pembacaan awal Agustus dari sentimen konsumen Universitas Michigan diperkirakan akan menunjukkan penurunan ke 97,7 dari 98,4 pada bulan Juli.
Indeks S&P Retail SPXRT turun total 5,3 persen dalam tiga sesi perdagangan pertama setelah pengumuman tarif Trump 1 Agustus. Pada penutupan pasar Kamis, indeks turun 1,6 persen sepanjang bulan ini.
Analis UBS, Jay Sole, mengatakan kekhawatiran bahwa tarif pada akhirnya bisa meningkat menjadi 25 persen juga merupakan perubahan bagi saham. Bahkan, Morgan Stanley memperkirakan bahwa tarif 25 persen akan menyebabkan resesi global.
Pengecer akan memiliki dilema untuk memutuskan apakah akan memberikan tarif kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi atau menyerap biaya yang lebih tinggi, yang akan mengurangi margin keuntungan.
"Jika Anda berada dalam lingkungan yang kompetitif, Anda akan mengambil tindakan untuk menjaga pelanggan Anda," kata Charles East, analis ekuitas yang meliputi perusahaan konsumen di SunTrust Private Wealth Management, yang mengatakan bahwa department store sangat rentan.
"Saya benar-benar tidak berpikir mereka dapat mendorong harga naik karena penjualan mereka sudah lemah. Marginnya di bawah tekanan. Mungkin mereka bisa mempercepat pemotongan biaya,” imbuh East.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel