Tekstil China Diganjar Tarif oleh AS, Pengusaha Indonesia Kail Peluang Ekspor

Bisnis.com,13 Agt 2019, 17:11 WIB
Penulis: Yustinus Andri DP

Bisnis.com, JAKARTA — Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) harus berjuang melawan produsen serupa dari negara Asean lain untuk memanfaatkan peluang peningkatan ekspor akibat kebijakan tarif impor baru dari Amerika Serikat kepada China.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, TPT Indonesia berpotensi  mendapatkan manfaat dari peralihan permintaan AS setelah negara tersebut akan memberikan tarif impor tambahan terhadap produk konsumsi seperti TPT dan alas kaki dari China sebesar 10%. 

Namun, produsen Indonesia harus bersaing ketat dengan negara produsen tekstil lain di Asean seperti Vietnam, Thailand, Kamboja dan negara Asia Selatan seperti Bangladesh untuk memanfaatkan fenomena tersebut. 

“Permintaan dari AS bisa saja beralih dari China kepada kita. Namun, kita harus tahu, importir AS pasti akan mencari negara substitusi China yang secara geografis lebih dekat dengan mereka,  Kita mungkin akan jadi pilihan selanjutnya kalau AS sudah jenuh dengan impor dari negara-negara tersebut,” katanya, ketika dihubungi Bisnis.com, Selasa (13/6/2019).

Menurutnya, ongkos logistik ketika mengimpor dari Indonesia masih lebih mahal dibandingkan dengan mengimpor dari negara-negara tersebut.

Untuk itu, produsen TPT Indonesia harus meningkatkan efisiensi ongkos produksinya, supaya dari sisi harga dapat bersaing dengan negara-negara yang secara geografis lebih dekat dengan AS.

Adapun, seperti dikutip dari Reuters, AS berencana mengenakan bea masuk tambahan terhadap komoditas konsumsi asal China sebesar 10%.

Kebijakan itu rencananya akan dimulai pada 1 September 2019, dan akan menyasar kepada produk-produk seperti TPT dan alas kaki. 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Wike Dita Herlinda
Terkini