Ketegangan Geopolitik Picu Pelemahan Saham di Bursa AS

Bisnis.com,13 Agt 2019, 06:33 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Suasana di Bursa Amerika Serikat/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai saham anjlok pada perdagangan yang diwarnai aksi jual secara meluas akibat ketegangan geopolitik yang memuncak sehingga mengkhawatirkan investor ekuitas.

Akibatnya, terjadinya reli pada pasar obligasi, sedangkan perang dagang AS-China yang berkepanjangan telah memicu kekhawatiran akan terjadinya resesi.

Ketiga indeks utama AS ditutup melemah tajam akibat sentimen kegelisahan pasar terkait aksi protes di Hong Kong, kekalahan Presiden Argentina Mauricio Macri pada pemilihan umum serta perselisihan soal tarif AS-China yang telah mengguncang pasar sejak berbulan-bulan.

"Pasar saham mengalami reli karena pasar obligasi bergerak sangat gila," kata Brian Battle, direktur perdagangan di Performance Trust Capital Partners di Chicago seperti dikutip Reuters, Selasa (13/8/2019).

Dia menambahkan ada pergerakan aset ke tempat yang aman dan ada banyak tanda ketidakpastian politik.

"Orang-orang mulai menyerah dan membeli obligasi untuk mengambil posisi menunggu," kata Battle.

"Emas juga menggiurkan untuk menangguk kauntungan."

Sikap menghindari risiko membuat harga emas terkerek satu persen sehingga sempat melejit pada posisi tertinggi sejak lebih dari enam tahun.

Goldman Sachs Group Inc mengatakan pada hari Minggu (11/8/2019) bahwa ekonomnya melihat risiko resesi meningkat setelah perang dagang AS-China berlanjut.

“Apa yang mulai disadari investor adalah bahwa perkembangan di luar perbatasan AS berdampak pada pertumbuhan ekonomi global dan AS,” kata Paul Nolte, manajer portofolio di Kingsview Asset Management di Chicago.

Menurutnya, investor melihat fakta bahwa berapapun patokan tingkat suku bunga tidak akan mengurangi masalah perdagangan.

Dow Jones Industrial Average turun 391 poin, atau 1,49 persen, menjadi 25.896,44. Sedangkan S&P 500 kehilangan 35,96 poin, atau 1,23 persen, menjadi 2.882,69. Nasdaq Composite turun 95,73 poin, atau 1,2 persen, menjadi 7.863,41.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini