Ini Alasan Kenapa Neraca Dagang Juli Berpotensi Defisit

Bisnis.com,14 Agt 2019, 17:45 WIB
Penulis: Muhamad Wildan
Neraca perdagangan Indonesia per Agustus 2018./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA -  Center of Reform on Economics (Core) memproyeksikan neraca dagang Indonesia per Juli 2019 bakal kembali defisit sebesar US$1,5 miliar.

Adapun secara akumulatif dari Januari hingga Juli 2019, defisit neraca dagang bakal berada di angka US$3,4 miliar.

Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) disebutkan bahwa neraca dagang Indonesia per Juni 2019 sempat surplus sebesar US$196 juta.

Direktur Eksekutif Core Mohammad Faisal mengungkapkan bahwa proyeksi defisit tersebut dilandaskan pada tren tahunan neraca dagang.

Surplus neraca dagang yang terjadi pada Mei dan Juni 2019 disebabkan oleh terhentinya aktivitas ekspor dan impor pada Ramadan dan Idulfitri.

"Surplus 2 bulan terakhir tidak mencerminkan keadaan fundamental yang ada," ungkap Faisal, Rabu (14/8/2019).

Setelah Lebaran, ekspor diperkirakan meningkat 15% dan impor bakal naik 30%. Hal ini menyebabkan defisit membengkak menjadi US$1,5 miliar.

Dari sisi ekspor, Indonesia masih belum mampu menembus pasar global, hal ini ditambah dengan harga komoditas andalan yakni batu bara dan CPO yang terus menurun.

Dari sisi impor, Faisal mengungkapkan impor Indonesia sudah mulai melambat, tetapi perlambatan tersebut belum mampu menanggulangi defisit neraca dagang.

Faktor lain yang dipandang mendorong impor dan defisit adalah siklus musiman untuk impor minyak.

Indonesia telah melakukan impor minyak yang cukup besar menjelang Idulfitri dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi.

Menurutnya, impor minyak akan kembali meningkat dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk bulan-bulan ke depannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini