Indonesia Perlu Waspada Relokasi Pasar dari China

Bisnis.com,15 Agt 2019, 17:13 WIB
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Ilustrasi kawasan industri/Jabarprov.go.id

Bisnis.com, JAKARTA - Defisit neraca perdagangan pada Juli 2019 membuat Indonesia perlu waspada pada strategi relokasi pasar China yang tengah menghadapi perang dagang dengan AS.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri mengimbau pemerintah untuk mewaspadai relokasi pasar China yang masih melalui perang dagang dengan AS.

Pasalnya, kenaikan keran impor 34,96% pada Juli 2019 dengan nilai US$15,51 miliar didominasi oleh barang asal China dengan nilai US$1,5 miliar.

"Kita lihat di sini kita terima impor dari mereka meningkat ini merupakan percampuran perang dagang yang berdampak pada relokasi pasar dari China ke AS," jelasnya, Kamis (15/8/2019).

Hambatan yang dialami negeri bambu itu, menurut Ahmad Heri, telah membuat mereka melakukan relokasi pasar baru. Alhasil Indonesia menjadi salah satu pasar alternatif.

Heri menilai, Indonesia sebagai pasar potensial baru bagi China sebenarnya juga harus menyiasati defisit lewat market intelligence.

Adapun tugas market intelligence ini adalah meriset kebutuhan di negara lain. Indonesia lantas mencoba menyediakan kebutuhan produk untuk diekspor sehingga perlu segera dilakukan kerja sama bilateral antara Indonesia dengan negara tujuan.

"Jadi strategi market intelligence itu sangat masif dan kita bisa meniru. Kalau terlambat kita meniru negara lain sudah melakukan," terang Heri.

Heri menegaskan strategi perlu dilakukan secepat mungkin mengingat pentingnya pemerintah membantu dunia usaha saat ini.

"Kita bantu eksportir membuka pasar baru negara lain," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini