Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5,3%, Konsumsi Masih Jadi Tumpuan

Bisnis.com,18 Agt 2019, 17:11 WIB
Penulis: Muhamad Wildan
Aktivitas bongkar muat di terminal petikemas/JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam pidato Nota Keuangan RAPBN 2020 yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di hadapan parlemen pada Jumat (16/8/2019), pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% masih bakal didorong oleh konsumsi dan investasi.

Lalu, kemanakah ekspor yang selama ini digaungkan bakal didorong sebagai motor pertumbuhan ekonomi ke depannya?

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan pada faktanya Indonesia memang masih bergantung pada konsumsi dan masih susah untuk menggenjot eskpor.

Oleh karena itu, konsumsi dan investasi yang hingga saat ini masih mungkin untuk diandalkan pada tahun depan.

"Sampai tahun depan kita tidak bisa mengharapkan pertumbuhan yang signifikan dari ekspor. Menurut saya tahun depan neraca dagang bisa sedikit defisit atau surplus tapi belum bisa jadi pendorong utama tahun depan," ujar Faisal, Minggu (18/8/2019).

Melihat target yang mencapai 5,3%, Faisal menekankan bahwa investasi masih perlu digenjot kembali untuk tahun 2020.

Dirinya menyoroti performa investasi yang melemah pada tahun 2019 ini. Sepanjang 2019, penanaman modal asing (PMA) hanya tumbuh 4%, sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) tumbuh 16,4%.

"Kalau investasi bisa diakselerasi diharapkan bisa menciptakan tenaga kerja lebih banyak, seharusnya," kata Faisal.

Investasi yang masuk perlu berupa investasi padat karya yang menghasilkan lapangan kerja bagi angkatan kerja Indonesia.

Dengan ini, konsumsi yang selama ini menjadi andalan dan mengambil porsi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi juga dapat ditingkatkan.

Adapun investasi yang seharusnya menjadi fokus bagi pemerintah adalah industri manufaktur dimana industri tersebut merupakan sektor dengan daya serap tenaga kerja terbesar dibandingkan dengan industri lain.

Selain insentif, pemerintah perlu menyiapkan iklim usaha yang profitable karena tanpa iklim usaha, maka insentif yang digelontorkan untuk mengundang investasi tidak akan efektif.

"Kalau pengusaha agak terseok karena mencari bahan baku susah dan tenaga kerja yang dibutuhkan juga susah maka mereka akan pikir-pikir dulu," kata Faisal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini