Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mampu mengawal rupiah menghadapi tantangan-tantangan baik di dalam maupun luar negeri serta melalui aksi jual yang melanda emerging market baru-baru ini.
Intervensi BI yang dilancarkan berulang kali untuk menjaga stabilitas nilai tukar mata uang rupiah telah membantu menenangkan kegelisahan investor.
Nilai tukar rupiah yang mencatat pelemahan 0,8 persen kuartal ini menjadikannya kinerja terbaik kedua di antara mata uang emerging market Asia, menurut data Bloomberg.
Langkah penaikan tingkat suku bunga secara agresif tahun lalu menandakan obligasi pemerintah berdenominasi rupiah terus menawarkan imbal hasil tertinggi di antara pasar regional utama, meskipun kekhawatiran pertumbuhan global kini tampaknya membebani permintaan.
Saat ketidakpastian baru seputar hubungan perdagangan AS-China mengancam akan membawa tekanan lebih lanjut, fokus pasar bakal tertuju pada keputusan kebijakan BI yang juga merupakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) kuartalan pada 21-22 Agustus 2019.
Dalam rapat kebijakannya nanti, BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di tengah meningkatnya volatilitas emerging market, setelah melakukan pemangkasan untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun pada bulan lalu.
“Terlepas dari retorika pelonggaran dan bernada dovish dari Gubernur [BI] Perry Warjiyo baru-baru ini, kami memperkirakan BI akan menahan dalam hal penurunan suku bunga mengingat kenaikan tekanan baru-baru ini pada rupiah,” menurut laporan ING Groep NV.
“Stabilitas nilai tukar rupiah akan menjadi integral dalam menentukan waktu penurunan suku bunga berikutnya,” jelasnya, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (19/8/2019).
Menurut estimasi median dalam survei Bloomberg terhadap 10 ekonom, Rapat Dewan Gubernur akan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRRR) di 5,75 persen pada pertemuan yang berakhir Kamis (22/8/2019).
Meski BI memangkasnya menjadi 5,50 persen, seperti yang diprediksi oleh beberapa ekonom, ini akan tetap menjadi suku bunga yang disesuaikan dengan inflasi tertinggi di kawasan itu, menurut Citigroup Inc.
Dengan imbal hasil di seluruh dunia turun ke posisi terendah barunya setiap hari, daya tarik yield 7,43 persen pada obligasi pemerintah 10 tahun terdorong bahkan ketika investor mengambil sikap hati-hati soal aset-aset emerging market.
Menurut estimasi yang dihimpun Bloomberg, investasi dalam rupiah akan menghasilkan lebih dari 7 persen, termasuk bunga, pada kuartal kedua 2020, total return terbaik di Asia.
Sementara itu, dalam pidato anggaran tahunannya pada Jumat (16/8/2019), Presiden Joko Widodo mengatakan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh 5,3 persen. Ini akan menjadi laju tercepat sejak 2013.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel