Rencana Pembangunan Pemerintah 2020 Dinilai Belum Jelas

Bisnis.com,19 Agt 2019, 10:25 WIB
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Pembangunan ekonomi masih dikeluhkan publik/Bisnis Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA -- Rencana pembangunan pada 2020 yang mengandalkan konsumsi dan investasi akibat bonus demografi mendorong pengembangan sumber daya manusia menjadi prioritas meski tak menjamin target pertumbuhan ekonomi 5,3%.

Peneliti Indef M. Rizal Taufikurahman menyatakan, asumsi makro RAPBN 2020 agak aneh utamanya terkait pertumbuhan ekonomi karena mengandalkan dua indikator yakni investasi dan konsumsi.

Rizal menilai dua indikator tersebut sangat tergantung pada stabilisasi perekonomian domestik sehingga tidak hanya soal stabilisasi harga barang-barang menekan inflasi dalam upaya mendorong konsumsi masyarakat.

"Hanya mendorong demand side tetapi tidak mendorong supply side. Padahal kebutuhan ekonomi kita, saat ini bagaimana supply side bisa lebih baik, melalui peningkatan produktivitas sektor-sektor atau industri yang mempunyai nilai tambah," ujar Rizal usai Nota Keuangan, Jumat (18/8/2019).

Selain itu, dari sisi investasi menurut Rizal memang bisa mendongkrak ekonomi kita. Namun investasi yang dimaksud masih belum tegas. Seharusnya ada penegasan investasi pada industri-industri yang orientasi ekspor.

"Padahal apabila kinerja ekspor dinaikkan dan diprioritaskan akan memberikan dampak terhadap FDI [foreign direct investment] dan CAD [current account deficit] yang positif," jelas Rizal.

Dengan demikian menurut Rizal kesenjangan antara kinerja ekspor terhadap impor akan menjadi lebih baik.

"Maka asumsi makro yang ditargetkan pada APBN 2020 hanya dari kedua indikator makro yakni investasi dan konsumsi sudah dapat diprediksikan akan sangat berat tercapainya," ungkap Rizal.

Dalam Pidato Nota Keuangan RAPBN 2020, Presiden Joko Widodo menegaskan tentang upaya mencari investasi perlu gerak yang cepat dari seluruh jajaran pemerintahan.

"Kita harus lebih cepat dibandingkan negara-negara lain," terang Presiden Jokowi.

Dia menegaskan saat ini Indonesia berada dalam dunia baru dunia yang sangat berbeda dibandingkan dengan era sebelumnya. Globalisasi terus mengalami pendalaman yang semakin dipermudah oleh revolusi industri jilid ke 4.

"Persaingan semakin tajam dan perang dagang semakin memanas. Antarnegara berebut investasi, antarnegara berebut teknologi, berebut pasar, dan berebut orang-orang pintar," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini