Bisnis.com, JAKARTA – Klaim bruto reasuransi pada akhir semester I/2019 mencapai Rp2,5 triliun atau meningkat 20,8% (year-on-year/yoy). Signifikannya pertumbuhan klaim reasuransi sepanjang semester I/2019 dinilai cukup dominan dipengaruhi oleh lini bisnis harta benda.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody A.S. Dalimunthe mengatakan, sejumlah klaim katastropik dari lini bisnis itu terealisasi pada paruh pertama tahun ini. Menurutnya, realisasi itu turut memengaruhi nilai klaim asuransi harta benda yang memang berkontribusi paling dominan.
“Beberapa klaim bencana tahun lalu, sepertinya terbayarkan pada semester I/2019,” ujarnya kepada Bisnis.com, Minggu (25/8/2019).
Data AAUI yang dipublikasikan pekan lalu menunjukkan bahwa klaim bruto reasuransi pada akhir semester I/2019 mencapai Rp2,5 triliun atau meningkat 20,8% (year-on-year/yoy). Pertumbuhan itu jauh lebih tinggi ketimbang premi bruto sektor reasuransi yang pada periode yang sama bertumbuh 10,2% (yoy) menjadi Rp8,3 triliun.
Bila diperinci, klaim bruto reasuransi paling besar berasal dari lini bisnis harta benda, yakni senilai Rp1,04 triliun atau bertumbuh 26,3% (yoy). Asuransi kredit menyusul dengan kontribusi mencapai Rp304,18 miliar, naik 4,2% (yoy).
Kendati begitu, pertumbuhan klaim paling signifikan berasal dari lini bisnis rangka kapal yang meningkat 52,7% (yoy) menjadi Rp222,85 miliar. Kemudian, klaim bruto asuransi pengangkutan bertumbuh 41,9% (yoy) menjadi Rp103,56 miliar.
Di sisi lain, kondisi serupa juga terjadi untuk sektor asuransi kerugian. Klaim bruto asuransi umum tercatat sebesar Rp16,4 triliun, bertumbuh 27,7% (yoy), sedangkan premi bruto meningkat 20,6% menjadi Rp39,95 triliun.
Rasio klaim asuransi kerugian bahkan tercatat 41,2% pada semester I/2019, naik dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, yakni sebesar 38,9%.
Pada periode itu, kontributor terbesar klaim bruto asuransi kerugian berasal dari lini usaha kendaraan bermotor senilai Rp3,78 triliun. Namun, pertumbuhan klaim terbesar berasal dari lini usaha asuransi kredit dengan total klaim senilai Rp3,5 triliun atau meningkat 101,7% (yoy).
Rasio klaim untuk lini usaha asuransi kredit bahkan mencapai 60,9% pada semester I/2019. Realisasi itu naik dari 58,3% pada semester I/2018.
Dody mengatakan, lini usaha asuransi kredit menjadi lini usaha yang seksi bagi pemain industri asuransi umum. Namun, melambungnya nilai klaim hingga semester I/2019 harus menjadi perhatian bagi para underwriter untuk mengalkulasi risiko.
“Di industri kita justru akan memperhatikan klaimnya asuransi kredit, terutama asuransi jiwa kredit, yang naiknya sampai Rp1,76 triliun [yoy],” katanya saat paparan kinerja di Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Pada saat yang sama, premi bruto asuransi kredit juga bertumbuh 93,3% (yoy) menjadi Rp57,5 triliun. Hal ini mencerminkan besarnya potensi pasar asuransi kredit di dalam negeri.
Dalam 5 tahun terakhir, pasar asuransi kredit banyak diperebutkan oleh para pemain. Menurut Dody, dengan pangsa pasar yang besar, tarif premi lini usaha ini makin menurun.
Hal itu terjadi lantaran perbankan membutuhkan asuransi kredit untuk mengelola non performing loan (NPL) mereka.
“Namun, tidak semua kredit macet perbankan menjadi coverage oleh asuransi kredit. Ini menjadi tantangan kami sekaligus edukasi bagi bank. Jika ini diabaikan, maka yang terjadi adalah persaingan tarif. Ini sudah mulai terjadi,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel