Dampak Metode EOR pada Hulu Migas Butuh Waktu Panjang

Bisnis.com,29 Agt 2019, 09:37 WIB
Penulis: David Eka Issetiabudi
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (kiri) berbincang dengan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto sebelum rapat terbatas tentang Minyak dan Gas Bumi, di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/1/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan metode tahap lanjut untuk memperoleh minyak atau enhanced oil recovery (EOR) baru dapat berdampak pada produksi minyak pada 2023. 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan butuh banyak penelitian sebelum EOR bisa diimplementasikan. "Kalau dapat sukses lebih dahulu [sebelum 2023], akan kami laporkan," katanya, Rabu (28/8/2019).

Dwi mengaku negara telah menggelontorkan dana setidaknya US$187 juta pada 2016 untuk program ini melalui cost recovery

Sekjen Kementerian ESDM Ego Syahrial menjelaskan dalam EOR rata-rata program berjalan selama 10 tahun, mulai dari laboratorium test hingga beroperasi penuh. Untuk EOR di Blok Rokan, baru akan dirasakan pada 2023 atau setelah PT Pertamina (Persero)  mengelola blok legendaris itu. 

"Kalau Rokan, ini akan diserahkan di 2022, Pertamina masuk. EOR setelahnya, jadi baru dirasakan 2023 dan dirasakannya lima tahun setelahnya," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VII Muhammad Nasir mempertanyakan kinerja SKK Migas mengawal produksi minyak dan gas nasional, terutama terkait kelanjutan program EOR. Menurutnya, anggaran pemerintah yang sudah dicairkan untuk melakukan EOR seharusnya sudah termanifestasi menjadi angka produksi migas. 

"Kalau mengadakan [program] dengan teknologi pasti ada dong peningkatan [produksinya]," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Lucky Leonard
Terkini