Ketoprak Eksekutif : Perry Warjiyo Korbankan Cinta, Begini Sinopsis Lakon Sultan Agung yang Digelar BI

Bisnis.com,30 Agt 2019, 20:59 WIB
Penulis: Muhamad Wildan
Ilustrasi-Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah (kedua kiri) sebagai Prabu Singasawarman dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kanan) sebagai Prabu Anggalarang saat bermain dalam Ketoprak Finansial lakon Prabu Siliwangi, di Gedung Usmar Ismail, Jakarta, Jumat (8/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA–Sultan Agung Hanyakrakusuma adalah Raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada 1613-1645.

Di bawah kepemimpinannya, Kesultanan Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara. Atas jasanya, Sultan Agung pun ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia.

Sultan Agung yang memiliki nama Raden Mas Rangsang diangkat sebagai Raja Kesultanan Mataram pada usia 20 tahun.

Dalam usia yang sangat muda tersebut, dia berhasil menyatukan adipati di tanah Jawa yang tercerai-berau akibat ulah VOC yang dipimpin oleh JP. Coen.

Dalam perjalanan hidupnya, Sultan Agung juga harus mengorbankan cinta sejatinya yakni Lembayung. Sultan Agung dipaksa untuk menikahi perempuan ningrat yang bukan pilihannya.

Dalam Ketoprak Eksekutif 2019 dengan lakon 'Sultan Agung' yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI) malam ini, Jumat (30/8/2019), digambarkan kisah cinta Sultan Agung yang diperankan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dengan Lembayung yang diperankan oleh Direktur Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Evi Afiatin.

Kisah cinta tersebut harus dikorbankan demi cinta Sultan Agung kepada kerajaan.

Pada babak I lakon, Sultan Agung mengadakan pertemuan dengan penasihat dan adipati dalam rangka menghadapi tantangan eksternal dan internal yang melanda.

Tantangannya dalam konteks kekinian antara lain lesunya perekonomian dunia, perang dagang, current account deficit (CAD), masalah keuangan, dan solusi untuk menjaga agar masyarakat tetap hidup sejahtera dan terpenuhi kebutuhannya.

Dalam rangka menghadapi VOC, Sultan Agung mengatur strategi yakni dengan mengotori Kali Ciliwung sehingga menjadi sumber penyakit bagi tentara VOC.

Pada babak II, Jenderal JP. Coen yang diperankan oleh Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno berpesta dengan tentara VOC atas kemenangannya mengalahkan Kesultanan Mataram dan berhasil membakar lumbung pangan Kesultanan Mataram sehingga memperlemah kekuatannya.

Di tengah pesta, seorang tentara VOC datang mengabarkan bahwa serangan balik oleh Kesultanan Mataram dan kotoran di Kali Ciliwung menimbulkan wabah penyakit bagi tentara-tentara VOC. Dengan ini, JP. Coen memenrintahkan tentaranya untuk melawan prajurit Kesultanan Mataram.

Pada babak III, strategi Sultan Agung berhasil menewaskan banyak tentara VOC dan JP. Coen juga menderita penyakit kolera.

Dalam babak terakhir tersebut juga digambarkan perjuangan prajurit Kesultanan Mataram dengan kekuatan penuh melawan dan mengalahkan VOC.

Pasca kemenangan tersebut, Sultan Agung bersumpah untuk mempersatukan Nusantara dan melakukan pembangunan dengan 5 strategi.

Strategi yang dimaksud antara lain melanjutkan pembangunan infrastruktur, pembangunan SDM, mengundang investasi, reformasi birokrasi struktural, hingga penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran dengan semboyan Suradirja Jayadiningrat Lebur Dening Pangastuti, menuju Nusantara Gemilang, Maju, dan Unggul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini