Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Oke Indonesia Tbk. hendak menerbitkan saham baru dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) senilai Rp500 miliar. Hal ini merupakan kelanjutan dari aksi korporasi peleburan usaha dengan PT Bank Dinar Tbk.
Wakil Direktur Utama Bank Oke Hendra Lie menjelaskan Apro Financial Co. Ltd. selaku pemegang saham pengendali telah memiliki komitmen untuk menyuntik modal setelah peleburan usaha. “Standby buyer kami [APRO] yang akan menyerap saham baru,” katanya kepada Bisnis, Jumat (30/8/2019).
Rencana penambahan modal dengan HMETD atau rights issue akan dilakukan perseroan dengan jumlah maksimal 5 miliar lembar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham. Berdasarkan harga penutupan saham, Jumat (30/8/2019), harga saham bank berkode DNAR ini Rp270.
Hendra menjelaskan bahwa dana dari HMETD akan digunakan memperkuat struktur permodalan untuk ekspansi usaha. Dengan demikian dapat meningkatkan daya saing dan pendapatan perusahaan.
Seperti diketahui, bank hasil peleburan Bank Oke dan Bank Dinar tersebut mempunyai keinginan untuk meningkatkan permodalan menjadi lebih dari Rp5 triliun agar menjadi bank umum kelompok usaha (BUKU) III. Saat ini hasil penggabungan masih tergolong sebagai BUKU II, atau bank dengan modal inti Rp1 triliun hingga Rp5 triliun.
Proses merger Bank Dinar dan Bank Oke telah berlangsung sejak tahun lalu. Apro yang sebelumnya memiliki 99,99 persen saham Bank Oke mengambil alih 77,38 persen saham Bank Dinar dengan nilai Rp691 miliar.
Secara resmi bank hasil penggabungan menggunakan nama Bank Oke, tetapi memakai kode saham Bank Dinar. Per 13 Agustus 2019, izin usaha Bank Dinar sendiri telah beralih kepada Bank Oke.
Hendra mengatakan bahwa usai peleburan usaha, bank siap menggejot kinerja, karena itu perlu dukungan permodalan. Bank Oke menargetkan menutup akhir tahun dengan aset senilai Rp4,8 triliun, atau bertambah sekitar Rp400 miliar. Per Juni 2019, aset Bank Dinar dan Bank Oke, masing-masing sebesar Rp2,4 triliun dan Rp2 triliun.
Sementara itu, akan ada kredit baru sekitar Rp800 miliar. Sebelumnya kredit hasil penggabungan kedua bank senilai Rp3,2 triliun.
Dari segi dana pihak ketiga (DPK), bank optimistis dapat menghimpun Rp2,8 triliun. Angka tersebut bertambah sekitar Rp800 miliar dari hasil peleburan dana nasabah kedua bank.
Satu strategi yang menjadi kunci adalah implementasi teknologi. Bank tengah menyiapkan internet banking dan mobile banking. Keduanya diharapkan mampu meningkatkan layanan dan kemudahan bagi nasabah, sehingga berdampak pada kinerja perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel