Pertumbuhan Cuan Bank Asal Negeri Jiran Melambat, Pengamat: Wajar

Bisnis.com,04 Sep 2019, 19:28 WIB
Penulis: Lalu Rahadian
Nasabah beraktivitas di salah satu gerai anjungan tunai mandiri (ATM) Maybank Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Perlambatan pertumbuhan laba bank asal negara tetangga sepanjang paruh pertama 2019 dianggap wajar terjadi, karena mereka terdampak kondisi makro perekonomian Indonesia.

Menurut Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang, pertumbuhan kredit yang melambat secara industri membuat kinerja bank jiran terganggu. Alhasil, bank negeri jiran harus menggenjot pendapatan nonbunga atau fee based income. agar tetap meraih laba bersih.

“Jadi mau tak mau mereka [bank jiran] selektif [menyalurkan kredit]. Kalau misalnya [bank] perseroan saja selektif apalagi mereka. Itu dampak pertumbuhan kredit melambat,” ujar Lando kepada Bisnis, Rabu (4/9/2019).

Berdasarkan catatan Bisnis, ada empat bank di Tanah Air yang sahamnya dikuasai bank asal negara tetangga. Mereka adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk., PT Bank Maybank Indonesia Tbk., PT Bank OCBC NISP Tbk., dan PT Bank UOB Indonesia.

Kinerja empat bank tersebut terhimpit oleh beban dana dan lambatnya penyaluran kredit. Selain itu, satu bank di antaranya, Maybank Indonesia, tengah berhadapan dengan kualitas kredit yang menurun.

Demi mengejar cuan, bank asal negara tetangga mengandalkan pendapatan nonbunga. Menurut Lando, bank jiran memiliki peluang mengeruk untung dari fee based income karena mereka memiliki fitur teknologi yang lebih lengkap dibanding bank dalam negeri.

“Kalau soal volume [transaksi fee based income] mungkin masih lebih kecil dibanding bank lokal. Tapi bicara mengenai pertumbuhan, karena bank lokal masih konsolidasi, dan mereka fitur layanan dan teknologinya mungkin tak secanggih bank-bank jiran maka dari sisi fee based income lebih cepat,” katanya.

Bank asal negara tetangga disebut bisa mengandalkan layanan bank asuransi, transaksi valuta asing (valas), serta penjualan surat berharga. Mereka juga dianggap bisa mengandalkan layanan trade finance untuk memperbesar keuntungan nonbunga selama tren perlambatan pembiayaan masih berlanjut.

Fee based dalam konteks bank asuransi, devisa, yang notabene mereka ada kompetensi di situ, itu peluangnya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini