Bisnis.com, JAKARTA - Peristiwa duplikat kartu atau skimming kembali memakan korban. Kali ini, korban skimming datang dari salah satu nasabah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Adalah Tyan nama korban skimming kali ini. Nasabah tersebut menderita kerugian hingga Rp80 juta akibat data kartu ATM miliknya digandakan oknum.
Peristiwa skimming ini baru diketahui Tyan Senin (2/9/2019) saat berkunjung ke Kantor Cabang BRI Pekayon. Awalnya, Tyan datang ke KC BRI Pekayon untuk membayar tagihan listrik dan mengambil uang.
Setelah menjalankan tujuannya, Tyan mencetak buku rekening. Tak disangka, saat hasil cetakan keluar terlihat catatan penarikan uang dari rekening Tyan sepanjang 28 Agustus-2 September. Jumlah uang yang sudah ditarik saat itu mencapai Rp70 juta.
Tyan kaget melihat laporan itu. Alasannya, dia tak pernah melakukan penarikan uang hingga Rp70 juta sepanjang waktu itu.
Rasa heran membesar sebab berdasarkan catatan BRI pengambilan uang dilakukan dari Denpasar, Bali, sementara Tyan dan ibunya yang memegang kartu ATM tak pernah ke Pulau Dewata sepanjang Agustus-September.
Catatan mencurigakan itu lantas langsung dilaporkan Tyan ke petugas BRI di KC Pekayon. Setelah menceritakan kronologis kasusnya, customer service BRI menyampaikan dugaan bahwa Tyan menjadi korban duplikat kartu.
Sehari setelahnya, Tyan kembali datang ke KC BRI Pekayon. Dia berencana menemui Kepala Cabang BRI Pekayon. Namun, sebelum bertemu kepala cabang, dia kembali mengecek saldo tabungannya dan pengurangan saldo kembali terjadi. Total, Rp80 juta sudah dana milik Tyan hilang dalam rentang kurang dari sepekan.
Peristiwa ini lantas membuat Tyan sedih. Melalui akun twitter, dia bahkan menyebut kejadian ini sampai membuat ibunya sakit. Beruntung, pihak BRI bergerak cepat dalam menangani kasus tersebut.
Corporate Secretary BRI Hari Purnomo menyebut perseroan langsung melakukan investigasi terhadap kasus yang menimpa Tyan. Tak hanya itu, pemblokiran juga sementara dilakukan terhadap rekening Tyan, agar tabungannya tak terus diambil oknum.
Bank dengan aset terbesar ini juga berjanji akan bertanggung jawab atas kasus yang menimpa Tyan. Direktur Digital, Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Utoyo mengatakan perseroan akan mengganti uang milik nasabah yang hilang karena dugaan terkena skimming.
“Prinsipnya jika ini karena kasus skimming bank akan mengganti uang nasabah,” tutur Indra kepada Bisnis, Kamis (5/9/2019).
Kejadian yang menimpa Tyan bukan yang pertama terjadi di Indonesia. Selama ini, sudah banyak nasabah bank yang terkena praktik skimming.
Praktik penggandaan kartu umumnya terjadi karena nasabah masih menggunakan kartu jenis magnetic strip. Menurut ahli teknologi dari ITB Ian Yosef M. Edward, kartu jenis magnetic lebih rentan digandakan datanya oleh penjahat.
Dia menyebut, peralihan penggunaan kartu berbasis magnetik ke chip harus segera dilakukan nasabah untuk mencegah terjadinya praktik skimming. Sayangnya, kewajiban pergantian kartu magnetik menjadi chip baru akan diterapkan 2021 mendatang oleh Bank Indonesia.
Selain mengganti kartu dengan jenis chip, nasabah juga diimbau agar makin waspada sebelum bertransaksi di ATM. Menurut Yosef, masyarakat bisa mencegah praktik skimming dengan cara mengecek apakah alat pembaca kartu di ATM mudah dicopot atau tidak.
“Harusnya sih pertama kali nasabah sebelum masuk [ATM] cek juga, di mana-mana alat skimmer bisa dicabut kok. Coba saja ditarik alatnya, alat baca kartunya, kalau bisa berarti skimmer itu,” ujar Yosef.
Selama ini, pencegahan praktik skimming sebenarnya sudah dilakukan pelaku industri perbankan di Indonesia. Bank kerap mengimbau nasabahnya agar segera mengganti kartu magnetik ke chip. Pergantian ini bisa dilakukan tanpa biaya di kantor-kantor cabang terdekat.
Alat Antiskimming
Selain mengimbau nasabah, bank juga telah memasang alat anti-skimming di sejumlah ATM. Kehadiran alat ini dipercaya efektif menangkal praktik penggandaan data kartu nasabah.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Dadang Setiabudi mengatakan, saat ini seluruh mesin ATM dan CRM perseroan telah terpasang alat anti-skimming. Selain memasang alat anti-skimming, BNI juga disebutnya melakukan roll out force pin yang membuat nasabah harus rutin mengganti PIN minimal 6 bulan sekali.
“Implementasi kartu debit chip di BNI juga sudah dilakukan. Saat ini BNI telah melakukan percepatan penggantian kartu debit chip di BNI, di mana saat ini sudah 70 persen kartu BNI berchip dan targetnya sudah 100 persen tahun 2020,” kata Dadang.
Langkah antisipasi serupa juga dilakukan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank Mandiri Rico Usthavia Frans menyebut, perseroan selalu melakukan edukasi agar nasabah mempercepat pergantian kartu jenis mechanic menjadi chip.
Sementara itu, BRI saat ini disebut sudah mengoptimalisasi mesin deteksi di kantor pusat agar dapat mengambil keputusan secara mandiri dalam mengamankan dana nasabah.
Indra Utoyo mengatakan, emiten berkode BBRI ini juga menggencarkan patroli ATM guna meminimalisasi terpasangnya alat skimming di anjungan tunai milik perseroan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel