Konten Premium

Berharap Aliran Devisa dari Pariwisata

Bisnis.com,10 Sep 2019, 09:14 WIB
Penulis: Yodie Hardiyan
Wisatawan mancanegara (wisman) membawa barang bawaan di Terminal Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Selasa (3/9/2019). PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mencatat sebanyak 3.533.010 orang wisman tiba di Bali pada Januari-Juli 2019 melalui bandara tersebut, meningkat 0,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dengan dominasi wisatawan asal China dan Australia./ANTARA FOTO-Fikri Yusuf

Bisnis.com, JAKARTA -- Perjalanan rupiah tak pernah tak dinamis sejak krisis moneter 1997-1998. Depresiasi rupiah tercatat beberapa kali terjadi, salah satunya pada paruh kedua 2018.

Pada saat itu, mata uang Garuda meninggalkan level Rp14.500 dan bergerak menuju Rp15.000 per dolar AS. Level itu merupakan level terendah sejak krisis moneter yang menghantam negara-negara Asia dua dekade sebelumnya.

Kondisi tersebut tak pelak menjadi tantangan tambahan yang harus dihadapi Presiden Joko Widodo. Depresiasi rupiah tak hanya berpengaruh terhadap pelaku bisnis dalam negeri, terutama yang mengimpor barang modal dan bahan baku, tapi juga dapat merembet ke isu politik. Maklum, saat itu, tensi politik sudah mulai panas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  Konten Premium

Anda sedang membaca Konten Premium

Silakan daftar GRATIS atau LOGIN untuk melanjutkan membaca artikel ini.

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini