Bisnis.com, JAKARTA -- Perjalanan rupiah tak pernah tak dinamis sejak krisis moneter 1997-1998. Depresiasi rupiah tercatat beberapa kali terjadi, salah satunya pada paruh kedua 2018.
Pada saat itu, mata uang Garuda meninggalkan level Rp14.500 dan bergerak menuju Rp15.000 per dolar AS. Level itu merupakan level terendah sejak krisis moneter yang menghantam negara-negara Asia dua dekade sebelumnya.
Kondisi tersebut tak pelak menjadi tantangan tambahan yang harus dihadapi Presiden Joko Widodo. Depresiasi rupiah tak hanya berpengaruh terhadap pelaku bisnis dalam negeri, terutama yang mengimpor barang modal dan bahan baku, tapi juga dapat merembet ke isu politik. Maklum, saat itu, tensi politik sudah mulai panas.