Daya Saing Jadi PR Industri Manufaktur

Bisnis.com,11 Sep 2019, 21:30 WIB
Penulis: Oktaviano DB Hana
Produk furnitur./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja industri manufaktur sepanjang 2019 dinilai cukup berat lantaran sejumlah tantangan, salah satunya adalah banjir produk impor.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan di sektor tekstil, khususnya di hulu, arus impor produk telah menekan kinerja sejumlah pelaku usaha.

Bahkan, sejumlah produsen tidak bisa memasarkan produknya dan terpaksa menutup usahanya. Redma menilai kondisi serupa mengadang sektor lainnya.

“Industri manufaktur cukup dipengaruhi dengan problem impor itu,” katanya kepada Bisnis, Rabu (11/9/2019).

Wakil Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengakui kinerja industri manufaktur cukup dipengaruhi oleh daya saing produk nasional. Menurutnya, pertumbuhan sektor furnitur yang dipatok hingga 8% terhambat oleh problem daya saing.

Pemangkasan sejumlah kebijakan dan kebutuhan akan pengembangan teknologi demi efisiensi produk menjadi pekerjaan bagi pemangku kepentingan dalam meningkatkan daya saing.

“Problem industri manufaktur itu sama sebenarnya. Daya saing itu nampak dari aliran investasi yang justru mengarah ke sejumlah negara lain ketimbang Indonesia,” katanya.

Terpisah, Wan Fauzi, Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Indonesia, mengatakan sub-sektor komponen otomotif relatif stagnan pada tahun ini sejalan dengan kinerja ekonomi nasional yang tidak mengalami perubahan signifikan dari tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Galih Kurniawan
Terkini