B.J. Habibie Pernah “Dijual” Gara-gara Wajahnya Mirip dengan Sang Ayah

Bisnis.com,12 Sep 2019, 10:01 WIB
Penulis: M. Taufikul Basari
FOTO DOKUMENTASI. Presiden ke-3 RI B.J. Habibie berziarah ke makam istrinya, Hasri Ainun Habibie di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Rabu (5/6/2019). Dalam ziarah tersebut Habibie memanjatkan doa-doa dengan khusyuk./Antara-Rivan Awal Lingga/hp/foc.

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Ketiga RI Baharuddin Jusuf Habibie yang mengembuskan napas terakhir pada Rabu (11/9) punya cerita unik saat kecil. Selain itu, tanggal meninggalnya B.J. Habibie berdekatan dengan tanggal meninggalnya sang ayah, 10 September.

B.J. Habibie sendiri lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Ia merupakan anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo.

Kedelapan bersaudara tersebut adalah Titi Sri Sulaksmi, Satoto Muhammad Duhri, Alwin Khalsum, Bacharuddin Jusuf Habibie, Jusuf Efendy, Sri Rejeki, Sri Rahayu, dan Suyatim Abdurrahman dengan panggilan Timmy.

Dalam buku The True Life of Habibie, Cerita di Balik Kesuksesan (2008), karya Makmur Makka, diceritakan bahwa wajah B.J. Habibie dan sang ayah sangatlah mirip.

Ada kepercayaan bagi orang Bugis-Makassar, bahwa jika seorang anak laki-laki dengan wajah mirip ayahnya, maka anak itu akan membawa musibah terhadap sang ayah. Kalau tidak ayahnya meninggal, maka anaknyalah yang meninggal, atau berpisah tempat.

Namun, sebaliknya jika anak perempuan mirip wajahnya dengan ayahnya maka konon anak itu akan membawa rezeki.

“Berhubung wajah B.J. Habibie sangat mirip dengan ayahnya, maka menurut kepercayaan dan tradisi Bugis-Makassar, anak itu harus dijual secara simbolis. B.J. Habibie dibeli oleh Raja Barru dengan sebilah keris,” tulis Makmur Makka di halaman 29.

Sama seperti meninggalnya B.J. Habibie, sang ayah juga meninggal di bulan September, tepatnya 10 September 1950 di Makassar, Sulawesi Selatan. Alwi Abdul Jalil Habibie meninggal setelah sebelumnya kena serangan jantung pada 3 September 1950. Serangan penyakit terjadi saat Alwi bersujud dalam salat Isya.

“Waktu itu semua keluarga kebingungan. Titi Sri Sulaksmi Habibie anak tertua pada keluarga itu berlari-lari sambil menangis ke asrama Brigade Mataram meminta pertolongan dokter brigade. Yang datang adalah Overste Soeharto yang waktu itu adalah Komandan Brigade Mataram bersama Dokter Tek Irsan. Tapi sayang Alwi Abdul Jalil Habibie tak tertolong lagi, ia meninggal.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini