Bisnis.com, JAKARTA - Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) kedatangan pemain anyar. Agar berbeda dari yang lain, PT Raiz Invest Indonesia (Raiz) justru menyasar orang yang awam dalam investasi.
CEO Raiz Melinda N. Wiria mengatakan Raiz didirikan di Indonesia untuk menawarkan kesempatan bagi masyarakat yang hendak mulai belajar menabung dan berinvestasi. Raiz mengusung investasi receh dengan nilai minimum investasi yang kecil yakni Rp10.000 saja.
Oleh karena itu, Raiz tidak memasang target dana kelolaan secara khusus, tetapi dia optimistis jumlah perusahaan dapat mencapai 40.000 pengguna aktif di Indonesia hingga akhir tahun ini.
“Kami mencoba menurunkan entry barrier dalam berinvestasi atau mendemokratisasikan investasi sehingga investasi tidak lagi hanya untuk orang kaya, tapi siapapun bisa berinvestasi, kapan pun dan di mana pun,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (16/9/2019).
Seperti diketahui, beberapa pemain fintech APERD lainnya ada yang menyasar pasar premium dengan dana kelolaan jumbo. Selain itu, ada pula yang menawarkan produk investasi variatif seperti surat berharga negara (SBN) serta produk.
Namun, Melinda mengungkapkan masih akan fokus untuk menggarap produk investasi reksa dana untuk mengakuisisi nasabah milenial. Menurutnya, produk reksa dana paling pas untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.
Dengan target pasar yang berbeda, Melinda mengungkapkan tidak khawatir dengan kompetisi dengan fintech APERD lainnya.
“Justru kami menolong APERD online yang lain, karena begitu para user kami lebih paham dan fasih berinvestasi, tentu mereka akan mencari instrumen investasi alternatif dan tidak tertutup kemungkinan mereka bisa mendapatkannya di APERD online yang lain,” tambahnya.
Aplikasi Raiz pertama kali diluncurkan di Australia pada Februari 2016. Dalam waktu tiga tahun semenjak peluncurannya, aplikasi Raiz di Australia telah diunduh sebanyak lebih dari 1,1 juta kali. Raiz di Australia memiliki lebih dari 700.000 pengguna, di mana lebih dari 194.000 adalah pengguna aktif.
Dalam kesempatan sebelumnya, Komisaris Raiz Invest Indonesia Michael N. Luhukay mengatakan potensi pasar investasi reksa dana belum tergali dengan maksimal. Dari 1,4 juta investor reksa dana, penetrasi nasabah millenial baru sekitar 30%. Untuk itu, Raiz lebih memilih membidik nasabah yang masih awam dalam berinvestasi.
Guna menarik minat investor pemula, Raiz menawarkan teknologi machine learning yang berperan sebagai penasihat keuangan agar memandu nasabah untuk mengarahkan investasi dari konservatif atau moderat.
Ke depannya, perusahaan juga akan memberikan layanan investasi otomatis menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) dalam beberapa bulan ke depan.
Raiz juga aktif dalam melakukan kampanye marketing lewat media sosial. Akuisisi dan edukasi pelanggan utamanya dilakukan secara online.
Raiz telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan memiliki izin usaha APERD pada tanggal 10 Desember 2018.
“Salah satu tantangannya adalah harus lebih banyak pilihan payment. Maka kami akan teru bekerja sama dengan berbagai penyedia payment yang tidak cuma dari bank,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel