Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mencatat pertumbuhan komitmen penyaluran kredit melalui skema sindikasi sebesar 31,1 persen secara tahunan per Agustus 2019, menjadi Rp102 triliun dari periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp77,8 triliun.
Pemimpin Unit Bisnis Sindikasi BNI Rommel T.P. Sitompul mengatakan sampai akhir tahun ini, perseroan berharap minimal akan ada kenaikan 23 persen secara year-on-year (yoy) dari sindikasi sepanjang 2018.
Pada tahun lalu, bank dengan sandi saham BBNI ini berhasil mencatat penyaluran kredit sindikasi sebesar Rp133,4 triliun, atau lebih tinggi dari realisasi 2017, yang sebesar Rp117 triliun.
"Proyeksi sindikasi sampai akhir tahun masih akan didominasi proyek infrastruktur pemerintah, sedangkan porsi proyek swasta tetap ada meskipun tidak sebesar proyek pemerintah," ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Rommel memastikan bahwa meski secara industri data mengindikasikan penyaluran sindikasi makin melambat, tetapi baginya proyek yang sudah ada dalam pipeline masih terus berkembang dan menyumbangkan pertumbuhan. Sementara itu, proyek baru memang dipengaruhi keputusan perusahaan dalam situasi ekonomi saat ini.
Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menambahkan pembiayaan sindikasi merupakan salah satu competitive advantage BNI dibandingkan lainnya, baik sebagai bookrunner maupun sebagai lead arranger.
"Dari fasilitas yang dikelola tersebut, hingga Juni 2019, BNI berhasil membukukan Fee-Based Income (FBI) sebesar Rp189 miliar, tumbuh 76,5 persen yoy," sebutnya.
Teranyar, bank pelat merah tersebut bekerja sama dengan Bank Shinhan Indonesia untuk pembiayaan kredit sindikasi PT J Resources Nusantara (JRN) sebesar total US$231 juta.
Fasilitas kredit sindikasi tersebut dimanfaatkan untuk pengembangan tambang yang dioperasikan JRN dan anak perusahaannya. BNI berperan sebagai Mandated Lead Arrangers and Bookrunners (MLAB).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel