Bisnis.com, JAKARTA - Bank kecil, atau yang masuk kategori bank umum kelompok usaha (BUKU) I dan II tengah dihadapkan masa sulit. Penyaluran kredit melambat karena keterbatasan likuiditas disertai dengan kenaikan pembiayaan bermasalah.
Direktur Riset Centre of Economic Reform (CORE) Piter Abdullah mengutarakan, BUKU I dan II memang tengah dalam posisi sulit. Kondisi likuiditas yang ketat menyebabkan bank tersebut sulit untuk menyalurkan kredit.
"Di sisi lain kondisi ekonomi global dan juga domestik yang melambat membuat kualitas menjadi menurun. Jadi bank BUKU I dan II menurut saya seperti sudah jatuh tertimpa tangga," katanya kepada Bisnis, Minggu (22/9/2019).
Selain itu, peningkatan NPL pada bank kecil juga dipengaruhi oleh perekonomian global di mana harga dan permintaan barang-barang komoditas mengalami pelemahan.
Akibatnya, beberapa sektor yang terkait langsung dengan sektor komoditas mengalami tekanan, dan bahkan mempengaruhi kelancaran kredit, sehingga bank pun harus ekstra hati-hati dalam menyalurkan kredit.
"Hanya mereka yang benar mengambil langkah yang sangat hati-hati yang bisa selamat melewati masa sulit sekarang ini," tutur Piter.
Piter memproyeksikan, kondisi likuiditas bank kecil akan sedikit membaik ke depannya, setidaknya pada 2020 seiring dengan arah kebijakan Bank Indonesia yang lebih longgar mengikuti kebijakan bank sentral global.
Namun demikian, imbuh Piter, perlambatan ekonomi global membuat perekonomian nasional tetap penuh risiko sehingga pemulihan pertumbuhan kredit menjadi tidak mudah.
"Kelonggaran likuiditas justru menjadi tantangan karena harus diimbangi dengan penyaluran kredit yang sangat hati-hati. Tapi, setidaknya tekanan bank kecil ditahun 2020 menurut saya menjadi sedikit lebih ringan," katanya.
KENAIKAN NPL
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II dengan modal inti di bawah Rp5 triliun, mencatat rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di level 3,53% per Juni 2019. Meski lebih rendah dari bulan sebelumnya, angka ini meningkat dari Desember 2018 yang tercatat 3,18%.
Sementara itu, kredit BUKU II tercatat tumbuh 3,50% secara year-to-date (ytd) pada Juni 2019. Meskipun begitu, pertumbuhan ini terbilang cukup positif setelah mengalami tahun berat pada 2018, karena pertumbuhan kredit BUKU II per Juni 2019 tercatat turun 2,70% ytd.
Di samping itu, BUKU I dengan modal inti di bawah Rp1 triliun, mencatat penyaluran kredit yang menurun signifikan. Kredit BUKU I tercatat turun 3,50% ytd per Juni 2019. Rasio NPL BUKU I tercatat di level 2,90% per Juni 2019.
Rasio kredit bermasalah bank kecil lebih tinggi dari bank besar. Per Juni 2019, rasio NPL BUKU III dan BUKU IV masing-masing 2,58% dan 2,19%
Direktur PT Bank CTBC Indonesia Liliana Tanadi mengakui, rasio NPL perseroan mengalami kenaikan karena penurunan laju kredit sehingga pembagi mengecil. “Kondisi kredit masih mengalami tekanan sampai Agustus 2019. Loan masih turun, sehingga rasio NPL sedikit naik, tapi sebenarnya tidak ada peningkatan kredit macet,” katanya kepada Bisnis, Sabtu (22/9/2019).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel