Pengamat Ingatkan Pemerintah untuk Waspadai Slowbalisation

Bisnis.com,24 Sep 2019, 10:42 WIB
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonom dan Rektor Unika Atmajaya Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, menyatakan Indonesia harus bersiap menghadapi slowbalisation yakni perlambatan ekonomi global di tengah digitalisasi.

Dia menjelaskan, potensi resesi global 2020 itu telah tercermin berdasarkan inverted yield curve atau imbal hasil obligasi jangka pendek lebih tinggi dari jangka panjang.

Menurut dia, kondisi tersebut dianggap indikator krisis. Hal ini semakin diperkuat ketika The Fed menurunkan suku bunga lagi 25 basis poin beberapa waktu yang lalu.

"Padahal sebelumnya dia bilang waktu penurunan dia bilang hanya sekali, tak ada lagi. Jadi ini memang global lesu dan situasi ekonomi sudah melambat," tegasnya di Cafe a la Ritus, Senin (23/9/2019).

Dia menyatakan, perang dagang menjadi pemicu dari melambatnya perekonomian dunia. Perang AS dan Cina tak hanya karena dominasi teknologi tetapi karena tekanan konflik dua negara berujung ekonomi global melambat.

"Ini karena ketika tarif naik, global trade turun, kalau turun maka global industrial production itu turun. Potensi global lebih lambat," sambungnya.

Prasetyantoko menyatakan sepakat dengan rilis Bank Dunia bahwa ekonomi Indonesia sebagai emerging market masih bisa tumbuh di tengah resesi tahun depan.

Caranya dengan lebih agresif dalam menarik relokasi pasar guna memperbaiki ekspor, serta peluang akibat perubahan global value chain karena perang dagang Amerika.

Tantangan lain, kata Prasetyantoko, adalah independensi bank sentral dalam menghadapi pelambatan ekonomi global dan memusatkan perhatian dalam menjaga stabilitas dan inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini