Ada Tren Pengetatan Likuiditas Dalam Jangka Panjang

Bisnis.com,25 Sep 2019, 19:44 WIB
Penulis: Muhammad Khadafi
Petugas membersihkan logo Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Selasa (23/4/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam jangka panjang bank yang mengandalkan dana pihak ketiga (DPK) perlu memutar otak. Pasalnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) akan terus merangkak naik.

Berdasarkan indikator likuiditas September 2019, LPS memprediksi tahun ini industri perbankan akan menutup buku dengan posisi LDR 96,8%. Kemudian 12 bulan setelahnya posisi LDR akan naik menjadi 100,6%.

Direktur Grup Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan LPS Samsu Adi Nugroho menilai pemangkasan suku bunga acuan akan menarik suku bunga deposito turun. Dalam jangka panjang hal itu akan berdampak pada suku bunga kredit, sehingga pontesial mendorong pertumbuhan penyaluran pembiayaan.

“Ekspansi [kredit] tersebut akan berdampak pada kondisi LDR terutama pada bank yang secara struktur memiliki ketergantungan besar terhadap DPK,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.

Berdasarkan proyeksi LPS, kredit akan tumbuh dua digit hingga tahun depan, atau 12,1% secara tahunan (year-on-year/yoy). Pada akhir tahun ini, LPS melihat kredit masih punya ruang untuk tumbuh sebesar 11,7% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Sementara itu dana pihak ketiga (DPK) tidak akan menyentuh pertumbuhan dua digit, setidaknya hingga akhir tahun depan. LPS memperkirakan sumber dana konvensional bank tersebut naik 8,4% yoy pada Desember 2020.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juli 2019, mulai membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya, atau menjadi 93,81%. Namun hal itu dengan kondisi pertumbuhan kredit yang berada di bawah proyeksi otoritas, atau kurang dari 10% yoy. Padahal otoritas masih optimistis kredit dapat tumbuh antara 10% yoy hingga 12% yoy. 

Adapun bank umum kelompok usaha (BUKU) III merupakan yang paling kesulitan mencari DPK. LDR bank bermodal inti Rp5 triliun hingga Rp30 triliun itu melampaui 100% sejak Juli 2018 hingga Juni 2019. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini